Rabu, 18 Juli 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS FARINGITIS

FARINGITIS
DEFINISI
Adalah peradangan pada mukosa faring.
(Efiaty Arsyad S,Dr,Sp.THT, 2000)
ETIOLOGI/ PATOFISIOLOGI
Etiologi faringitis akut adalah bakteri atau virus yang ditularkan secara droplet infection atau melalui bahan makanan / minuman / alat makan. Penyakit  ini dapat sebagai  permulaan  penyakit lain, misalnya : morbili, Influenza, pnemonia, parotitis , varisela, arthritis, atau radang  bersamaan dengan infeksi jalan nafas bagian atas   yaitu: rinitis akut, nasofaringitis, laryngitis akut, bronchitis akut. Kronis  hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding posterior faring. Tampak mukosa menebal serta hipertropi kelenjar limfe dibawahnya dan dibelakang arkus faring posterior (lateral band). Adanya mukosa dinding posterior tidak rata yang disebut granuler.
Sedangkan faringitis kronis atropi sering timbul bersama dengan rinitis atropi, udara pernafasan tidak diatur suhu serta kelembabannya, sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi pada faring.
PATHWAY
       






  Droplet à   4

 6
Dibedakan menjadi :
<Faringitis kronis
Faktor predisposisi:
Rinitis kronis
Sinusitis
Iritasi kronik pada perokok dan peminum alkohol
Inhalasi uap pada pekerja dan laboratorium
Orang yang sering bernafas dengan mulut karena hidungnya tersumbat.
Faringitis kronis hiperplastik
Gejala :
Pasien mengeluh gatal ditenggorokan
Berasa kering
Berlendir
Kadang - kadang ada batuk
Terapi :
Dicari dan diobati adanya penyalkit kronis dihidung dan sinus paranasal
Terapi lokal dengan menggosokkan zat kimia (kaustik) yaitu : larutan nitres argenti atau albotil maupun dengan listrik (elektrocauter)
Secara simptomatik, diberikan obat isap / kumur dan obat batuk
Faringitis kronis atropi (faringitis sika)
Gejala dan tanda :
Pasien mengeluh tenggorokan kering dan tebal
Mulut berbau
Pada pemeriksaan tampak mukosa faring terdapat lendir yang melekat
Jika lendir diangkat mukosa tampak kering


Terapi:
Sama dengan rinitis atropi
Pemberian obat kumur
Penjagaan hygiene mulut
Obat simptomatik

<Faringitis Spesifik  
Faringitis Leutika
Gejala dan tanda :
Stadium primer :
Bercak keputihan pada lidah, palatum mole, tonsil dan dinding faring posterior
Timbul ulkus karena infeksi yang lama
Pembesaran kelenjar mandibula yang tidak nyeri tekan
Stadium sekunder :
Jarang ditemukan
Terdapat eritema pada dinding faring yang menjalar kearah laring
Stadium tersier :
Terdapat guma pada tonsil dan palatum
Guma pada dinding faring pada posterior akan mengenai vertebra servikal
Gangguan fungsi palatum secara permanen akibat adanya guma pada palatum mole
Diagnosis : dengan pemeriksaan serologic
Terapi : Obat pilihan utama pinissilin dalam dosis tinggi
Faringitis Tuberkolusa
Cara infeksi :
Cara eksogen yaitu kontak dengan sputum yang  mengandung kuman atau inhalasi kuman melalui udara
Cara endogen yaitu penyebaran melalui darah pada tuberkolusis miliaris
Penelitian saat ini menemukan penyebaran secara limfogen
Bentuk dan tempat lesi
Berbentuk ulkus pada satu sisi tonsil dan jaringan tonsil itu akan mengalami nekrosis
Pada infeksi secara hematogen tonsil dapat terkena pada kedua sisi terutama pada dinding faring posterior, arkus faring anterior, dinding lateral hipofaring, palatum mole dan palatum durum
Kelenjar regional leher membengkak
Gejala:
Pasien mengeluh nyeri hebat ditenggorokan
Keadaan buruk : anoreksi, nyeri menelan makanan
Regurgitasi
Nyeri di telinga (otalgia) Adenopati servikal
 Diagnosis :
Pemeriksaan sputum untuk mengetahui basil tahan asam
Fotothorak untuk melihat adanya tuberkolusis paru
Biopsi jaringan untuk mengetahui proses keganasan serta mencari basil tahan asam di jaringan
Terapi: sesuai dengan terapi tuberkolusis paru
ASUHANKEPERAWATAN
Pengkajian
Data Dasar
Riwayat Kesehatan.
Pemeriksaan Fisik
Pada farmgitis  kronis , pengkajian  head to toe yang  dilakukan     lebih difokuskan pada:
Sistem pernafasan :
Batuk, sesak
Diagnosa Keperawatan
Nyeri berhubungan dengan inflamasi ditandai dengan rubor, dolor, kalor, tumor, fungsiolaesa pada mukosa
Tujuan   : Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan dan kolaboratif untuk pemberian analgetik

Intervensi Keperawatan:
Kaji lokasi,intensitas dan karakteristik nyeri
Identifikasi adanya tanda-tanda radang
Monitor aktivitas yang dapat meningkatkan nyeri
Kompres es di sekitar leher
Kolaborasi untuk pemberian analgetik
Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan intake yang kurang sekunder dengan kesulitan menelan ditandai dengan penurunan berat badan, pemasukan makanan berkurang, nafsu makan kurang, sulit untuk menelan, HB kurang dari normal
Tujuan: gangguan pemenuhan nutrisi teratasi setelah dilakukan asuhan keperawatan yang efektif

Intervensi Keperawatan :
Monitor balance intake dengan output
Timbang berat badan tiap hari
Berikan makanan cair / lunak
Beri makan sedikit tapi sering
Kolaborasi pemberian roborantia
Bersihan jalan nafas tidak efektif  berhubungan dengan sekret yang kental ditandai dengan kesulitan dalam bernafas, batuk terdapat kumpulan sputum, ditemukan suara nafas tambahan
Tujuan: bersihan jalan nafas efektif  ditujukkan dengan tidak ada sekret yang berlebihan

Intervensi Keperawatan :
Identifikasi kualitas atau kedalaman nafas pasien
Monitor suara nafas tambahan
Anjurkan untuk minum air hangat
Ajari pasien untuk batuk efektif
Kolaborasi untuk pemberian ekspektoran
Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan demam, ketidakcukupan pemasukan oral ditandai dengan turgor kulit kering, mukosa mulut kering, keluar keringat berlebih
Tujuan: Resiko tinggi defisit volume cairan dapat dihindari

Intervensi Keperawatan :
Monitor intake dan output cairan
Monitor timbulnya tanda-tanda dehidrasi
Berikan intake cairan yang adekuat
Kolaborasi pemberian cairan secara parenteral (jika diperlukan)
Resiko tinggi penularan penyakit berhubungan dengan kontak, penularan melalui udara
Tujuan: Resiko tinggi penularan penyakit dapat dihindari

Intervensi keperawatan
Mengajarkan pasien tentang pentingnya peningkatan kesehatan dan pencegahan infeksi lebih lanjut:
Menganjurkan pasien untuk istirahat
Menghindari kontak langsung dengan orang yang terkena infeksi pernafasan
Menutup mulut bila batuk / bersin
Mencuci tangan
Makan- makan bergisi
Menghindari penyebab iritasi
Oral hygine
Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan dehidrasi, inflamasi ditandai dengan suhu tubuh lebih dari normal, pasien gelisah, demam
Tujuan: Suhu tubuh dalam batas normal, adanya kondisi dehidrasi, inflamasi teratasi

Intervensi keperawatan
Ukur tanda-tanda vital
Monitor temperatur tubuh secara teratur
Identifikasi adanya dehidrasi, peradangan
Kompres es disekitar leher
Kolaborasi pemberian antibiotik, antipiretik





























DAFTAR  PUSTAKA



Efiaty Arsyad S,Dr,Sp.THT, 2000, Buku Ajar Ulmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan, Balai Penerbit FKUI, Jakarta

Sabiston David. C, Jr. M.D, 1994, Buku Ajar Bedah, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta





Tidak ada komentar:

Posting Komentar