Senin, 13 Desember 2010

Askep DBD

Askep DBD

1. Pengertian 1. Pengertian
DHF (Dengue Haemoragic fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti (betina). (Christantie Effendy, 1995). DBD (DENGUE Dengue fever) adalah penyakit Yang disebabkan Oleh virus dengue sejenis virus ke KESAWAN Yang tergolong arbovirus dan tubuh Masuk Penderita Canada gigitan Nyamuk Aedes Aegypti (Betina). (Christantie Effendy, 1995).
2. Etiologi 2. Etiologi
Virus dengue tergolong dalam famili/suku/grup flaviviridae dan dikenal ada 4 serotipe. Dengue virus KESAWAN tergolong famili / suku / grup Flaviviridae dan dikenal 4 serotipe ADA. Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke-III, sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953 – 1954. Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya Perang Dunia ke-III, sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan PADA Saat wabah di Filipina years 1953-1954.
Virus dengue berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh dietileter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 700 C. Dengue merupakan serotype yang paling banyak beredar. Virus dengue berbentuk batang, termolabil pajaknya, sensitif terhadap inaktivasi Dibuat dietileter dioksikolat dan natrium, stabil PADA SUHU 700 C. Dengue merupakan serotipe Yang pagar distributes BANYAK.
3. Patofisiologi 3. Patofisiologi
Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler. Fenomena patologis Yang Utama PADA Penderita DBD adalah meningkatnya permeabilitas kapiler Dinding Yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke seluler Ruang Ekstra.
Hal pertama yang terjadi stelah virus masuk ke dalam tubuh adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa (Splenomegali). Hal Pertama Yang Masuk KESAWAN terjadi stelah virus adalah tubuh viremia ke Yang mengakibatkan Penderita mengalami Demam, sakit kepala, mual, muscle Nyeri, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah PADA kulit (petekie), hiperemi tenggorokan dan lain hal Yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar Pembongkaran getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran Limpa (Splenomegali).
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok). Peningkatan permeabilitas Dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia dan Serta efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit> 20%) menunjukkan adanya kebocoran atau menggambarkan (perembesan) plasma sehingga Nilai hematokrit menjadi cairan parts untuk pemberian intravena patokan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Adanya kebocoran plasma ke Daerah ekstra vaskuler dibuktikan ditemukannya cairan Artikel Baru Yang KESAWAN tertimbun Rongga serosa yaitu Rongga peritoneum, pleura, dan pericard Yang PADA otopsi ternyata melebihi cairan Canada diberikan infus yang. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Penghasilan kena pajak pemberian cairan intravena, peningkatan Aset trombosit menunjukkan plasma telah teratasi kebocoran, sehingga pemberian cairan intravena Harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema Gagal Jantung dan paru, sebaliknya jika regular tidak mendapatkan cairan Yang cukup, Penderita akan mengalami kekurangan cairan dapat mengakibatkan kondisi Yang Yang bahkan Buruk Bisa mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan Timbul Jaringan anoksia, asidosis metabolik dan Kematian apabila regular tidak diatasi Artikel Baru Segera Baik. Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi. Gangguan hemostasis PADA DBD menyangkut 3 faktor yaitu: perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan Koagulasi.
Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir di seluruh tubuh, seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal. PADA otopsi Penderita DBD, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir di seluruh tubuh, Pembongkaran di kulit, paru, saluran pencernaan adrenal dan Jaringan.
4. Gambaran Klinis 4. Gambaran klinis
Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa inkubasi anatara 13 – 15 hari, tetapi rata-rata 5 – 8 hari. Gambaran klinis Yang Timbul bervariasi berdasarkan derajat DBD Artikel Baru Masa inkubasi anatara 13 - 15 hari, tetapi rata-rata 5 - 8 hari. Gejala klinik timbul secara mendadak berupa suhu tinggi, nyeri pada otot dan tulang, mual, kadang-kadang muntah dan batuk ringan. Gejala klinik Secara mendadak Timbul Berupa Tinggi SUHU, Nyeri PADA muscle Tulang dan, mual, muntah dan Batuk kadang-kadang Ringan. Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada daerah supra orbital dan retroorbital. Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat PADA Daerah supra retroorbital dan orbital. Nyeri di bagian otot terutama dirasakan bila otot perut ditekan. Sekitar mata mungkin ditemukan pembengkakan, lakrimasi, fotofobia, otot-otot sekitar mata terasa pegal. Nyeri di Name of muscle terutama dirasakan Bila muscle Perut ditekan mata. Sekitar mungkin ditemukan pembengkakan, lakrimasi, fotofobia, muscle-muscle sekitar mata terasa pegal.
Eksantem yang klasik ditemukan dalam 2 fase, mula-mula pada awal demam (6 – 12 jam sebelum suhu naik pertama kali), terlihat jelas di muka dan dada yang berlangsung selama beberapa jam dan biasanya tidak diperhatikan oleh pasien. Eksantem KESAWAN Yang ditemukan klasik 2 fase, mula-mula PADA Demam akhir (6 - 12 jam SUHU at naik Pertama kali), terlihat jelas di muka dan dada Yang berlangsung selama beberapa jam dan biasanya Dibuat Pasien regular tidak diperhatikan.
Ruam berikutnya mulai antara hari 3 – 6, mula – mula berbentuk makula besar yang kemudian bersatu mencuat kembali, serta kemudian timbul bercak-bercak petekia. Ruam berikutnya ANTARA Mulai hari 3 - 6, mula - mula berbentuk makula Besar Yang kemudian mencuat Dilaporkan Bersatu, Serta kemudian bercak-bercak petekia Timbul. Pada dasarnya hal ini terlihat pada lengan dan kaki, kemudian menjalar ke seluruh tubuh. PADA dasarnya hal Suami terlihat PADA lengan dan kesemek, kemudian tubuh menjalar ke seluruh.
Pada saat suhu turun ke normal, ruam ini berkurang dan cepat menghilang, bekas bekasnya kadang terasa gatal. Nadi pasien mula-mula cepat dan menjadi normal atau lebih lambat pada hari ke-4 dan ke-5. Saat PADA SUHU turun ke normal, ruam berkurang dan menghilang Suami Cepat, bekas bekasnya kadang terasa gatal. Nadi Pasien mula-mula Cepat dan menjadi normal lebih lambat atau PADA hari ke-4 dan ke-5. Bradikardi dapat menetap untuk beberapa hari dalam masa penyembuhan. Bradikardi untuk dapat menetap beberapa hari KESAWAN Masa penyembuhan.
Gejala perdarahan mulai pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekia, purpura, ekimosis, hematemesis, epistaksis. Gejala perdarahan Mulai PADA hari ke-3 atau ke-5 petekia Berupa, purpura, ekimosis, hematemesis, epistaksis. Juga kadang terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda : anak menjadi makin lemah, ujung jari, telinga, hidung teraba dingin dan lembab, denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang. Juga kadang terjadi syok Yang biasanya dijumpai PADA Demam telah menurun ANTARA Saat hari ke-3 dan ke-7 Artikel Baru tanda: anak menjadi makin Lemah, Ujung jari, telinga, hidung teraba dan lembab Dingin, denyut nadi terasa Cepat, menurun Kecil dan tekanan Darah Artikel Baru tekanan sistolik 80 mmHg atau Kurang.
5. Diagnosis 5. Diagnosis
Patokan WHO (1986) untuk menegakkan diagnosis DHF adalah sebagai berikut : Patokan WHO (1986) untuk menegakkan diagnosis DBD adalah sebagai berikut:
1) Demam akut, yang tetap tinggi selama 2 – 7 hari kemudian turun secara lisis demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, lemah, nyeri. 1) Demam Akut, Tetap Yang Tinggi selama 2 - 7 hari kemudian turun Secara lisis Demam disertai gejala regular tidak spesifik, anoreksia Pembongkaran, Lemah, Nyeri.
2) Manifestasi perdarahan : 2) Manifestasi perdarahan:
1) Uji tourniquet positif 1) Uji tourniquet positif
2) Petekia, purpura, ekimosis 2 Petekia, purpura, ekimosis)
3) Epistaksis, perdarahan gusi 3) Epistaksis, perdarahan Gusi
4) Hematemesis, melena. 4) hematemesis, melena.
3) Pembesaran hati yang nyeri tekan, tanpa ikterus. 3) Pembesaran hati Yang Nyeri tekan, ikterus Tanpa.
4) Dengan atau tanpa renjatan. 4) Tanpa atau renjatan untuk Artikel.
Renjatan biasanya terjadi pada saat demam turun (hari ke-3 dan hari ke-7 sakit ). Renjatan biasanya terjadi PADA Saat Demam turun (hari ke-3 dan sakit hari ke-7). Renjatan yang terjadi pada saat demam biasanya mempunyai prognosis buruk. Renjatan Yang terjadi PADA mempunyai Saat biasanya prognosis Buruk Demam.
5) Kenaikan nilai Hematokrit / Hemokonsentrasi 5) Kenaikan Nilai hematokrit / hemokonsentrasi
6. Klasifikasi 6. Klasifikasi
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi menjadi 4 derajat (Menurut WHO, 1986) : DBD diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, Secara klinis dibagi menjadi 4 derajat (Menurut WHO, 1986):
1) Derajat I 1) Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan, uji tourniquet , trombositopenia dan hemokonsentrasi. Demam disertai gejala klinis lain, Tanpa perdarahan spontan, uji tourniquet, trombositopenia dan hemokonsentrasi.
2) Derajat II 2) Derajat II
Derajat I dan disertai pula perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain. Derajat aku dan disertai pula perdarahan spontan PADA kulit atau Tempat lain.
3) Derajat III 3) Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan daerah rendah (hipotensi), gelisah, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari (tanda-tanda dini renjatan). Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi Lemah dan Cepat, tekanan rendah Daerah (hipotensi), gelisah, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari (tanda-tanda Dini renjatan).
4) Dejara IV 4) IV Dejara
Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur. Renjatan vehicles (DSS) Artikel Baru nadi tak teraba dan tekanan Darah tak dapat diukur.
7. Pemeriksaan Diagnostik 7. Diagnostik Pemeriksaan
Laboratorium Laboratorium
Terjadi trombositopenia (100.000/ml atau kurang) dan hemokonsentrasi yang dapat Terjadi trombositopenia (100.000/ml Kurang atau) dan dapat Yang hemokonsentrasi
dilihat dan meningginya nilai hematokrit sebanyak 20 % atau lebih dibandingkan nila hematokrit pada masa konvalesen. dilihat dan meningginya Nilai hematokrit sebanyak 20% atau lebih dibandingkan nila hematokrit PADA Masa konvalesen.
Pada pasien dengan 2 atau 3 patokan klinis disertai adanya trombositopenia dan hemokonsentrasi tersebut sudah cukup untuk klinis membuat diagnosis DHF dengan tepat. PADA Pasien dengan 2 atau 3 patokan klinis disertai adanya trombositopenia dan hemokonsentrasi tersebut cukup untuk diagnosis klinis Sudah Membuat Artikel Baru DBD tepat.
Juga dijumpai leukopenia yang akan terlihat pada hari ke-2 atau ke-3 dan titik terendah pada saat peningkatan suhu kedua kalinya leukopenia timbul karena berkurangnyam limfosit pada saat peningkatan suhu pertama kali. Juga dijumpai leukopenia Yang akan terlihat PADA hari ke-2 atau-3 dan ke Titik terendah PADA SUHU peningkatan Saat kedua kalinya leukopenia berkurangnyam Timbul limfosit KARENA PADA SUHU Saat Pertama kali peningkatan.
8. Diagnosa Banding 8. Diagnosa Banding
Gambaran klinis DHF seringkali mirip dengan beberapa penyakit lain seperti : Gambaran klinis DBD seringkali mirip Artikel Baru beberapa penyakit lain Pembongkaran:
1) Demam chiku nguya. 1) Demam nguya Chiku.
Dimana serangan demam lebih mendadak dan lebih pendek tapi suhu di atas 400C disertai ruam dan infeksi konjungtiva ada rasa nyeri sendi dan otot. Dimana Serangan Demam mendadak lebih lebih dan Pendek TAPI SUHU di tetap Permanent 400C disertai ruam dan infeksi konjungtiva ADA Nyeri sendi dan rasa muscle.
2) Demam tyfoid 2) Demam tyfoid
Biasanya timbul tanda klinis khas seperti pola demam, bradikardi relatif, adanya leukopenia, limfositosis relatif. Biasanya Timbul tanda klinis Khas Pembongkaran POLA Demam, bradikardi relatif, adanya leukopenia, relatif limfositosis.
3) Anemia aplastik 3) Anemia aplastik
Penderita tampak anemis, timbul juga perdarahan pada stadium lanjut, demam timbul karena infeksi sekunder, pemeriksaan darah tepi menunjukkan pansitopenia. Tampak anemis Penderita, Juga Timbul perdarahan PADA stadion Lanjut, KARENA Demam Timbul infeksi sekunder, pemeriksaan menunjukkan pansitopenia Darah Tepi.
4) Purpura trombositopenia idiopati (ITP) 4) Purpura trombositopenia idiopati (ITP)
Purpura umumnya terlihat lebih menyeluruh, demam lebih cepat menghilang, tidak terjadi hemokonsentrasi. Purpura umumnya terlihat lebih menyeluruh, menghilang Demam lebih Cepat, regular tidak terjadi hemokonsentrasi.
9. Penatalaksanaan 9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut : Penatalaksanaan Penderita DBD Artikel Baru adalah sebagai berikut:
1) Tirah baring atau istirahat baring. 1) memamerkan istirahat atau memamerkan Tirah.
2) Diet makan lunak. 2) Diet lunak makan.
3) Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF. 3) Minum BANYAK (2 - 2,5 liter/24 jam) dapat Berupa: susu, yang manis, sirup dan beri sedikit Penderita oralit, hal pemberian Yang merupakan cairan pagar parts BAGI Penderita DBD.
4) Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan yang paling sering digunakan. 4) Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan Yang Sering perlengkapan pagar.
5) Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam. 5) Monitor tanda-tanda vital TIAP 3 jam (SUHU, nadi, Tensi, pernafasan) jika kondisi Pasien memburuk, selai TIAP observasi ketat.
6) Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari. 6) Objek yang tidak Hb, Ht dan trombosit terkait masih berlangsung hari.
7) Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen. 7) Pemberian obat antipiretik sebaiknya Dari Golongan asetaminopen.
8) Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih Lanjut.
9) Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder. 9) Pemberian antibiotik Bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
10) Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk. 10) Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan Umum, tanda-tanda perubahan penting, Hasil pemeriksaan laboratorium memburuk yang.
11) Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam. 11) Bila Timbul kejang dapat diberikan Diazepam.
Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di perawatan intensif dan segera dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang dan bila tidak tampak perbaikan diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20 – 30 ml/kg BB. PADA KASUS Artikel Baru renjatan Pasien dirawat di perawatan intensif dan Segera dipasang infus sebagai pengganti cairan Yang Hilang dan Bila regular tidak Tampak perbaikan diberikan plasma atau plasma ekspander atau sebanyak dekstran 20 - 30 ml / kg BB.
Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan 12 – 48 jam setelah renjatan teratasi. Pemberian cairan intravena Baik plasma maupun dijumpainya dipertahankan 12-48 renjatan teratasi Penghasilan kena pajak selai. Apabila renjatan telah teratasi nadi sudah teraba jelas, amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg, kecepatan plasma biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam. Apabila renjatan telah teratasi nadi Sudah jelas teraba, amplitudo nadi cukup Besar, tekanan sistolik 20 mmHg, kecepatan plasma biasanya dikurangi menjadi 10 ml / kg BB / jam.
Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang hebat. Transfusi Darah Pasien diberikan PADA Artikel Baru Yang Hebat perdarahan gastrointestinal. Indikasi pemberian transfusi pada penderita DHF yaitu jika ada perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang makin tegang dengan penurunan Hb yang mencolok. Indikasi pemberian transfusi PADA Penderita DBD yaitu jika ADA Yang jelas perdarahan Secara klinis dan perut Yang penurunan Hb tegang Artikel Baru Yang makin mencolok.
Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1½-2 liter dalam 24 jam. PADA Tanpa DBD renjatan BANYAK Hanya diberi minum yaitu ½ -2 liter KESAWAN 1 24 jam. Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan orang tua. Artikel Baru cara pemberian sedikit demi sedikit melibatkan Orang tua. Infus diberikan pada pasien DBD tanpa renjatan apabila : Infus diberikan PADA Pasien DBD Tanpa renjatan apabila:
1. Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi. 1.. Pasien Terus menerus minum muntah, regular tidak dapat diberikan sehingga mengancam terjadinya Dehidrasi
2. Hematokrit yang cenderung mengikat. 2. Hematokrit Yang cenderung mengikat.
10. 10. Pencegahan Pencegahan
Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut : Prinsip Yang KESAWAN pencegahan DBD tepat ialah sebagai berikut:
1) Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF. 1) Memanfaatkan akibat pengaruh perubahan keadaan Nyamuk Alamiah melaksanakan Pemberantasan vektor Artikel Baru Saat PADA KASUS DBD terdapatnya sedikit.
2) Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh secara spontan. 2) menahan Memutuskan Lingkaran penularan Artikel Baru kepadatan vektor PADA tingkat Sangat rendah untuk memberikan kesempatan Penderita viremia sembuh secara spontan Secara.
3) Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di sekolah, rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya. 3) Pemberantasan vektor Mengusahakan yaitu di Pusat Daerah Penyebaran di Sekolah, penyangga rumah sakit termasuk Daerah Sekitarnya pula.
4) Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi. 4) Mengusahakan Pemberantasan vektor di Daerah * Semua berpotensi penularan Tinggi.

Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain : Ada 2 macam Pemberantasan vektor ANTARA lain:
1. Menggunakan insektisida. 1. Menggunakan insektisida.
Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam berdarah dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh jentik (larvasida). Yang Pemberantasan lazim perlengkapan KESAWAN program Demam berdarah dengue adalah malathion untuk membunuh Nyamuk Dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh jentik (larvasida). Cara penggunaan malathion ialah dengan pengasapan atau pengabutan. Cara penggunaan malathion ialah Artikel Baru pengasapan atau pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan pasir abate ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat penampungan air bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1 % per 10 liter air. Cara penggunaan temephos (abate) ialah Pasir Artikel Baru abate KESAWAN sarang-sarang Nyamuk Aedes ke Tempat yaitu bejana penampungan air bersih, dosis Yang perlengkapan ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1% per 10 liter udara.
2. Tanpa insektisida 2. Tanpa insektisida
Caranya adalah : Caranya adalah:
1) Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal 1 x seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7 – 10 hari). 1) Menguras bak mandi, tempayan dan Tempat penampungan udara minimal 1 x seminggu (perkembangan Telur Nyamuk lamanya 7 - 10 hari).
2) Menutup tempat penampungan air rapat-rapat. 2) Tempat penampungan udara Menutup rapat-rapat.
3) Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang. 3) rumah Auditan Membersihkan kaleng bekas Dari, Pecah botol dan Benda lain Yang Nyamuk bersarang memungkinkan.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Dalam asuhan keperawatan digunakan pendekatan proses keperawatan sebagai cara untuk mengatasi masalah klien. KESAWAN asuhan keperawatan perlengkapan pendekatan proses keperawatan sebagai cara untuk mengatasi Masalah Klien.
Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu : pengkajian keperawatan, identifikasi, analisa masalah (diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi). Proses keperawatan terdiri Dari 5 Tahap yaitu: pengkajian keperawatan, identifikasi, METODE Masalah (diagnosa keperawatan, perencanaan, Implementasi dan Evaluasi).
1. Pengkajian Keperawatan 1. Pengkajian Keperawatan
Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal penting dilakukan oleh perawat. KESAWAN memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan hal ditempatkan dan parts Utama Dibuat perawat dilakukan. Hasil pengkajian yang dilakukan perawat terkumpul dalam bentuk data. Hasil Yang dilakukan pengkajian data terkumpul KESAWAN Bentuk perawat. Adapun metode atau cara pengumpulan data yang dilakukan dalam pengkajian : wawancara, pemeriksaan (fisik, laboratorium, rontgen), observasi, konsultasi. Adapun metode pengumpulan data atau cara Yang KESAWAN dilakukan pengkajian: wawancara, pemeriksaan (Fisik, laboratorium, rontgen), observasi, Konsultasi.

a). a). Data subyektif Data subyektif
Adalah data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan pasien atau keluarga pada pasien DHF, data obyektif yang sering ditemukan menurut Christianti Effendy, 1995 yaitu : Adalah Data Yang atau dikumpulkan berdasarkan keluhan Keluarga Pasien PADA Pasien DBD, data obyektif Yang Sering ditemukan menurut Christianti Effendy, 1995 yaitu:
1.) Lemah. 1 Lemah.).
2.) Panas atau demam. Demam 2.) Atau Panas.
3.) Sakit kepala. 3 kepala.) Sakit.
4.) Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan. 4 anoreksia.), Mual, haus, Saat menelan sakit.
5.) Nyeri ulu hati. 5 hati. Ulu Nyeri).
6.) Nyeri pada otot dan sendi. 6.) Nyeri PADA muscle dan sendi.
7.) Pegal-pegal pada seluruh tubuh. 7 tubuh.) Pegal-pegal seluruh PADA.
8.) Konstipasi (sembelit). 8.) Konstipasi (sembelit).

b). b). Data obyektif : Data obyektif:
Adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat atas kondisi pasien. Adalah Data Yang perawat berdasarkan pengamatan diperoleh tetap Permanent kondisi Pasien. Data obyektif yang sering dijumpai pada penderita DHF antara lain : Data obyektif Yang Sering dijumpai PADA Penderita DBD ANTARA lain:
1) Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan. 1) Suhu tubuh Tinggi, menggigil, kemerahan Tampak Wajah.
2) Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor. 2) mukosa mulut Kering, Gusi perdarahan, pokok lidah.
3) Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+), epistaksis, ekimosis, 3) Tampak bintik merah kulit PADA (petekia), uji torniquet (+), epistaksis, ekimosis,
hematoma, hematemesis, melena. hematoma, hematemesis, melena.
4) Hiperemia pada tenggorokan. 4) Hiperemia PADA tenggorokan.
5) Nyeri tekan pada epigastrik. 5) Nyeri tekan PADA epigastrik.
6) Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa. 6) PADA palpasi teraba adanya pembesaran hati dan Limpa.
7) Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, 7) PADA renjatan (derajat IV) nadi dan Cepat Lemah, hipotensi, ekstremitas Dingin,
gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal. gelisah, sianosis perifer, Nafas dangkal.
Pemeriksaan laboratorium pada DHF akan dijumpai : Pemeriksaan laboratorium PADA DBD dijumpai akan:
1) Ig G dengue positif. 1) Ig G demam berdarah positif.
2) Trombositopenia. 2) trombositopenia.
3) Hemoglobin meningkat > 20 %. 3) Hemoglobin meningkat> 20%.
4) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat). 4) hemokonsentrasi (hematokrit meningkat).
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia. 5) Hasil pemeriksaan kimia Darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia.
Pada hari ke- 2 dan ke- 3 terjadi leukopenia, netropenia, aneosinofilia, peningkatan limfosit, monosit, dan basofil PADA hari ke-2 dan ke-3 terjadi leukopenia, netropenia, aneosinofilia, peningkatan limfosit, monosit, basofil dan
1) SGOT/SGPT mungkin meningkat. 1) SGOT / SGPT mungkin meningkat.
2) Ureum dan pH darah mungkin meningkat. 2) Ureum dan pH Darah meningkat mungkin.
3) Waktu perdarahan memanjang. 3) julian perdarahan memanjang.
4) Asidosis metabolik. 4) Asidosis metabolik.
5) Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan. 5) PADA pemeriksaan urine dijumpai albuminuria Ringan.
2. Diagnosa Keperawatan 2. Diagnosa Keperawatan
Beberapa diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien DHF menurut Christiante Effendy, 1995 yaitu : Beberapa diagnosa keperawatan Yang PADA ditemukan Pasien DBD Christiante menurut Effendy, 1995 yaitu:
1) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia). 1) Peningkatan Artikel Baru SUHU tubuh berhubungan proses penyakit (viremia).
2) Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit. 2) Nyeri berhubungan Artikel Baru proses patologis penyakit.
3) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia. 3) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi mual Kurang Dari kebutuhan Artikel Baru berhubungan, muntah, anoreksia.
4) Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding plasma. 4) Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan peningkatan permeabilitas Artikel Baru Dinding plasma.
5) Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah. 5) Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan Artikel Baru Yang Lemah kondisi tubuh.
6) Resiko terjadi syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh. 6) Resiko terjadi syok hypovolemik berhubungan Artikel Baru kurangnya volume cairan tubuh.
7) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (pemasangan infus). 7) Resiko infeksi berhubungan Artikel Baru tindakan invasif (pemasangan infus).
8) Resiko terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia. Resiko terjadi perdarahan lebih Lanjut berhubungan Artikel Baru trombositopenia.
9) Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdarahan yang dialami pasien. 9) Kecemasan berhubungan Artikel Baru kondisi Pasien Yang memburuk perdarahan dan Pasien Yang dialami.
3. 3. Perencanaan Keperawatan Perencanaan Keperawatan
1) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia). 1) Peningkatan Artikel Baru SUHU tubuh berhubungan proses penyakit (viremia).
Tujuan : Composition Komposisi:
Suhu tubuh normal (36 – 370C). Suhu tubuh normal (36 - 370C).
Pasien bebas dari demam. Bebas Dari Pasien Demam.
Intervensi : Intervensi:
1. Kaji saat timbulnya demam. 1. Kaji Saat Demam timbulnya.
Rasional : untuk mengidentifikasi pola demam pasien. Rasional: untuk mengidentifikasi Pasien Demam POLA.
2. Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernaf asan) setiap 3 jam. 2. Observasi tanda vital (SUHU, nadi, Tensi, asan pernaf) terkait masih berlangsung 3 jam.
Rasional : tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien. Rasional: tanda vital merupakan Acuan untuk mengetahui keadaan Pasien Umum.
3. Anjurkan pasien untuk banyak minum (2,5 liter/24 jam. ± 7) 3. Pasien BANYAK Anjurkan untuk minum (2,5 liter/24 selai. ± 7)
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak. Rasional: Peningkatan SUHU tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi asupan cairan Artikel Baru Yang BANYAK.
4. Berikan kompres hangat. 4. Berikan kompres Hangat.
Rasional : Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang mempercepat penurunan suhu tubuh. Rasional: untuk Artikel penguapan dapat meningkatkan vasodilatasi Yang SUHU mempercepat penurunan tubuh.
5. Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal. 5. Anjurkan untuk regular tidak memakai selimut tebal dan Pakaian yang.
Rasional : pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh. Rasional: Pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh.
6. Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter. 6 Terapi. Berikan cairan intravena dan obat-obatan Dokter program sesuai.
Rasional : pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi. Rasional: pemberian cairan Sangat Tinggi parts Artikel Baru Pasien SUHU BAGI.
2). Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit. 2) Nyeri berhubungan proses. Artikel Baru penyakit patologis.
Tujuan : Composition Komposisi:
Rasa nyaman pasien terpenuhi. Pasien Rasa Nyaman terpenuhi.
Nyeri berkurang atau hilang. Nyeri Hilang atau berkurang.
Intervensi : Intervensi:
1. Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien 1 tingkat. Kaji Nyeri Pasien Yang dialami
Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien. Rasional: untuk mengetahui berapa dialami vehicles Yang Pasien Nyeri.
2. Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang. 2. Posisi Berikan Yang Nyaman, ruangan usahakan; batasan Yang Tenang.
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri Rasional: Untuk mengurangi rasa Nyeri
3. Alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri. 3 perhatian. Alihkan Pasien Dari rasa Nyeri.
Rasional : Dengan melakukan aktivitas lain pasien dapat melupakan perhatiannya terhadap nyeri yang dialami. Rasional: untuk Artikel melakukan aktivitas Jumlah Pasien dapat melupakan Yang terhadap Nyeri dialami perhatiannya.
4. Berikan obat-obat analgetik 4. Berikan obat-obat analgetik
Rasional : Analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri pasien. Rasional: analgetik dapat menekan atau mengurangi Nyeri Pasien.
mual, muntah, anoreksia. mual, muntah, anoreksia.
Tujuan : Composition Komposisi:
Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan posisi yang diberikan /dibutuhkan. Kebutuhan nutrisi terpenuhi Pasien, Mampu Pasien menghabiskan food sesuai Artikel Baru Posisi Yang diberikan / dibutuhkan.
Intervensi : Intervensi:
1. Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami pasien. 1.. Kaji keluhan mual sakit, menelan, dan muntah dialami Pasien Yang
Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya. Rasional: Untuk menetapkan cara mengatasinya.
2. Kaji cara / bagaimana makanan dihidangkan. 2. Kaji cara / bagaimana dihidangkan food.
Rasional : Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan pasien. Rasional: Cara menghidangkan food Pasien dapat mempengaruhi nafsu makan.
3. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur. 3 food. Berikan Yang Mudah Pembongkaran bubur ditelan.
Rasiona l : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan makanan . Rasiona l: Membantu mengurangi kelelahan dan meningkatkan Pasien food asupan.
4. Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering. 4. Berikan KESAWAN food porsi Kecil dan Frekuensi Sering.
Rasional : Untuk menghindari mual. Rasional: Untuk menghindari mual.
5. Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari. 5 Aset. Catat / Dibuat porsi food dihabiskan Pasien Yang hari terkait masih berlangsung.
Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi. Rasional: Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi.
6. Berikan obat-obatan antiemetik sesuai program dokter. 6. Berikan obat-obatan antiemetik sesuai program Dokter.
Rasional : Antiemetik membantu pasien mengurangi rasa mual dan muntah dan diharapkan intake nutrisi pasien meningkat. Rasional: Pasien Antiemetik membantu mengurangi rasa mual dan muntah diharapkan dan asupan nutrisi Pasien meningkat.
7. Ukur berat badan pasien setiap minggu. 7. Ukur vehicles badan Pasien Minggu terkait masih berlangsung.
Rasional : Untuk mengetahui status gizi pasien Rasional: Untuk mengetahui status gizi Pasien
4). Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas 4) volume. Kurangnya cairan berhubungan peningkatan permeabilitas tubuh Artikel Baru
dinding plasma. Dinding plasma.
Tujuan : Composition Komposisi:
Volume cairan terpenuhi. Volume cairan terpenuhi.
Intervensi : Intervensi:
1. Kaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi) serta tanda-tanda vital. 1 keadaan. Kaji Umum Pasien (Lemah, WAN, takikardi) Serta tanda-tanda vital.
Rasional : Menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui penyimpangan dari keadaan normalnya. Rasional: Menetapkan data ditempatkan Pasien untuk mengetahui penyimpangan Dari keadaan normalnya.
2. Observasi tanda-tanda syock. 2. Observasi tanda-tanda syock.
Rasional : Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok. Rasional: Agar dapat Segera dilakukan tindakan untuk menangani syok.
3. Berikan cairan intravena sesuai program dokter 3. Berikan cairan intravena sesuai program Dokter
Rasional : Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang mengalami kekurangan cairan tubuh karena cairan tubuh karena cairan langsung masuk ke dalam pembuluh darah. Rasional: Pemberian cairan IV Sangat parts BAGI Pasien Yang mengalami kekurangan cairan tubuh cairan tubuh cairan KARENA KARENA KESAWAN Darah Langsung Masuk ke pembuluh.
4. Anjurkan pasien untuk banyak minum. 4. Anjurkan untuk minum Pasien BANYAK.
Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh. Rasional: asupan cairan Sangat diperlukan untuk Menambah volume cairan tubuh.
5. Catat intake dan output. 5. Catat asupan dan keluaran.
Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan. Rasional: Untuk mengetahui keseimbangan cairan.
5). 5). Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan Artikel Baru Yang Lemah kondisi tubuh.
Tujuan : Composition Komposisi:
Pasien mampu mandiri setelah bebas demam. Pasien Demam Mampu mandiri Bebas Penghasilan kena pajak.
Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi
Intervensi : Intervensi:
1. Kaji keluhan pasien. 1. Kaji Pasien keluhan.
Rasional : Untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien. Rasional: Untuk mengidentifikasi Masalah-Masalah Pasien.
2. Kaji hal-hal yang mampu atau yang tidak mampu dilakukan oleh pasien. 2.. Hal Yang Mampu Kaji-hal Yang Dibuat atau regular tidak dilakukan Mampu Pasien
Rasional : Untuk mengetahui tingkat ketergantungan pasien dalam memenuhi kebutuhannya. Rasional: Untuk mengetahui tingkat ketergantungan Pasien KESAWAN memenuhi kebutuhannya.
3. Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari-hari sesuai tingkat keterbatasan pasien. 3 Pasien. Bantu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari aktivitasnya keterbatasan tingkat Pasien sesuai.
Rasional : Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh pasien pada saat kondisinya lemah dan perawat mempunyai tanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari pasien tanpa mengalami ketergantungan pada perawat. Rasional: Pemberian bantuan diperlukan Dibuat Pasien Sangat PADA Saat kondisinya Lemah dan perawat mempunyai tanggung jawab pemenuhan kebutuhan KESAWAN sehari-hari Pasien Tanpa mengalami ketergantungan PADA perawat.
4. Letakkan barang-barang di tempat yang mudah terjangkau oleh pasien. 4.. Letakkan Barang-Barang di Tempat Yang Mudah Dibuat terjangkau Pasien
Rasional : Akan membantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bantuan orang lain. Rasional: Akan membantu Pasien untuk memenuhi kebutuhannya Sendiri Tanpa bantuan Orang lain.
6). Resiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan 6). Resiko terjadinya syok berhubungan hypovolemik Artikel Baru kurangnya volume cairan
Tubuh Tubuh
Tujuan : Composition Komposisi:
Tidak terjadi syok hipovolemik. Regular tidak terjadi syok hipovolemik.
Tanda-tanda vital dalam batas normal. Tanda-tanda Batas KESAWAN vital normal.
Keadaan umum baik. Keadaan Umum Baik.
Intervensi : Intervensi:
1. Monitor keadaan umum pasien 1. Monitor keadaan Pasien Umum
Rasional : memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama pada saat terjadi perdarahan sehingga segera diketahui tanda syok dan dapat segera ditangani. Rasional: memantau kondisi Pasien selama Masa perawatan terutama PADA Saat terjadi perdarahan sehingga Segera diketahui tanda syok dan Segera dapat ditangani.
2. Observasi tanda-tanda vital tiap 2 sampai 3 jam. 2. Observasi tanda-tanda vital 2 Sampai TIAP 3 selai.
Rasional : tanda vital normal menandakan keadaan umum baik. Rasional: tanda vital normal keadaan Umum Baik menandakan.
3. Monitor tanda perdarahan. 3. Monitor tanda perdarahan.
Rasional : Perdarahan cepat diketahui dan dapat diatasi sehingga pasien tidak sampai syok hipovolemik. Rasional: Perdarahan Cepat diketahui dan dapat diatasi sehingga Pasien regular tidak Sampai syok hipovolemik.
4. Chek haemoglobin, hematokrit, trombosit 4. Chek hemoglobin, hematokrit, trombosit
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien sebagai acuan melakukan tindakan lebih lanjut. Rasional: Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh Darah Pasien Yang dialami sebagai Acuan melakukan tindakan lebih Lanjut.
5. Berikan transfusi sesuai program dokter. 5. Berikan transfusi sesuai program Dokter.
Rasional : Untuk menggantikan volume darah serta komponen darah yang hilang. Rasional: Untuk menggantikan volume Serta Komponen Darah Darah Yang Hilang.
6. Lapor dokter bila tampak syok hipovolemik. 6 Dokter. Lapor Bila Tampak syok hipovolemik.
Rasional : Untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut sesegera mungkin. Rasional: Untuk mendapatkan penanganan lebih Lanjut sesegera mungkin.
7). Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (infus). 7) infeksi. Resiko berhubungan Artikel Baru tindakan invasif (infus).
Tujuan : Composition Komposisi:
Tidak terjadi infeksi pada pasien. Regular tidak terjadi infeksi PADA Pasien.
Intervensi : Intervensi:
1. Lakukan teknik aseptik saat melakukan tindakan pemasangan infus. 1. Lakukan Teknik aseptik Saat melakukan tindakan pemasangan infus.
Rasional : Tindakan aseptik merupakan tindakan preventif terhadap kemungkinan terjadi infeksi. Rasional: Tindakan aseptik merupakan tindakan preventif terhadap kemungkinan terjadi infeksi.
2. Observasi tanda-tanda vital. 2. Observasi tanda-tanda vital.
Rasional : Menetapkan data dasar pasien, terjadi peradangan dapat diketahui dari penyimpangan nilai tanda vital. Rasional: Menetapkan data Pasien ditempatkan, terjadi peradangan dapat diketahui penyimpangan Dari Nilai tanda vital.
3. Observasi daerah pemasangan infus. 3. Infus Observasi Daerah pemasangan.
Rasional : Mengetahui tanda infeksi pada pemasangan infus. Rasional: Mengetahui tanda infeksi PADA pemasangan infus.
4. Segera cabut infus bila tampak adanya pembengkakan atau plebitis. 4. Segera cabut infus Bila Tampak adanya pembengkakan plebitis atau.
Rasional : Untuk menghindari kondisi yang lebih buruk atau penyulit lebih lanjut. Rasional: Untuk menghindari kondisi Yang lebih Buruk atau penyulit lebih Lanjut.
8). Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia. 8) terjadinya. Resiko perdarahan lebih Lanjut berhubungan Artikel Baru trombositopenia.
Tujuan : Composition Komposisi:
Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut. Regular tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih Lanjut.
Jumlah trombosit meningkat. Jumlah trombosit meningkat.
Intervensi : Intervensi:
1. Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis. 1 tanda. Monitor penurunan trombosit Yang disertai gejala klinis.
Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran pembuluh darah. Rasional: Penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran pembuluh Darah.
2. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat 2. Anjurkan istirahat untuk Pasien BANYAK
Rasional : Aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan perdarahan. Rasional: Aktivitas Pasien Yang perdarahan regular tidak terkontrol dapat menyebabkan.
3. Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan lebih lanjut. 3. Beri penjelasan untuk Segera melapor Bila ADA tanda perdarahan lebih Lanjut.
Rasional : Membantu pasien mendapatkan penanganan sedini mungkin. Rasional: Membantu Pasien mendapatkan penanganan sedini mungkin.
4. Jelaskan obat yang diberikan dan manfaatnya. 4. Obat Jelaskan Yang diberikan dan manfaatnya.
Rasional : Memotivasi pasien untuk mau minum obat sesuai dosis yang diberikan. Rasional: Memotivasi Pasien sesuai untuk mau minum obat dosis Yang diberikan.
9). Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdarahan 9) berhubungan. Kecemasan Pasien Yang Artikel Baru kondisi memburuk dan perdarahan
yang dialami pasien. Pasien Yang dialami.
Tujuan : Composition Komposisi:
Kecemasan berkurang. Kecemasan berkurang.
Intervensi : Intervensi:
1. Kaji rasa cemas yang dialami pasien. 1 rasa cemas Kaji. Yang Pasien dialami.
Rasional : Menetapkan tingkat kecemasan yang dialami pasien. Rasional: Menetapkan tingkat kecemasan Pasien Yang dialami.
2. Jalin hubungan saling percaya dengan pasien. 2.. Jalin sales Percaya Pasien saling Artikel Baru
Rasional : Pasien bersifat terbuka dengan perawat. Rasional: Pasien pajaknya Terbuka perawat Artikel Baru.
3. Tunjukkan sifat empati 3. Tunjukkan empati Sifat
Rasional : Sikap empati akan membuat pasien merasa diperhatikan dengan baik. Rasional: Sikap empati akan Membuat Pasien merasa diperhatikan Artikel Baru Baik.
4. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya 4 kesempatan. Beri PADA Pasien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional : Meringankan beban pikiran pasien. Rasional: Meringankan sales Pasien Pikiran.
5. Gunakan komunikasi terapeutik 5 Komunikasi. Gunakan terapeutik
Rasional : Agar segala sesuatu yang disampaikan diajarkan pada pasien memberikan hasil yang efektif. Rasional: Agar segala Sesuatu Yang disampaikan diajarkan PADA Pasien memberikan Hasil tersebut berlaku yang.
4. Implementasi 4. Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien anak dengan DHF disesuaikan dengan intervensi yang telah direncanakan. Pelaksanaan tindakan keperawatan PADA Klien anak disesuaikan Artikel Baru Artikel Baru DBD intervensi Yang telah direncanakan.
5. Evaluasi Keperawatan. 5. Keperawatan Evaluasi.
Hasil asuhan keperawatan pada klien anak dengan DHF sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Hasil asuhan keperawatan PADA Klien anak sesuai Artikel Baru Artikel Baru DBD Composition Komposisi Yang telah ditetapkan. Evaluasi ini didasarkan pada hasil yang diharapkan atau perubahan yang terjadi pada pasien. Evaluasi didasarkan Suami PADA Hasil Yang diharapkan atau perubahan Yang terjadi PADA Pasien.
Adapun sasaran evaluasi pada pasien demam berdarah dengue sebagai berikut : Adapun sasaran Evaluasi Demam berdarah dengue PADA Pasien sebagai berikut:
1) Suhu tubuh pasien normal (36- 370C), pasien bebas dari demam. 1) Suhu tubuh normal Pasien (36 - 370C), Bebas Dari Pasien Demam.
2) Pasien akan mengungkapkan rasa nyeri berkurang. 2) Pasien akan mengungkapkan rasa Nyeri berkurang.
3) Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan atau dibutuhkan. 3) Kebutuhan nutrisi terpenuhi Klien, Mampu Pasien menghabiskan food sesuai porsi Artikel Baru Yang dibutuhkan atau diberikan.
4) Keseimbangan cairan akan tetap terjaga dan kebutuhan cairan pada pasien terpenuhi. 4) Tetap Keseimbangan cairan akan terjaga dan kebutuhan cairan PADA Pasien terpenuhi.
5) Aktivitas sehari-hari pasien dapat terpenuhi. 5) Aktivitas sehari-hari dapat terpenuhi Pasien.
6) Pasien akan mempertahankan sehingga tidak terjadi syok hypovolemik dengan tanda vital dalam batas normal. 6) Pasien akan mempertahankan sehingga terjadi syok regular tidak hypovolemik Artikel Baru Batas KESAWAN tanda vital normal.
7) Infeksi tidak terjadi. 7) Infeksi regular tidak terjadi.
8) Tidak terjadi perdarahan lebih lanjut. Regular tidak terjadi perdarahan lebih Lanjut.
9) Kecemasan pasien akan berkurang dan mendengarkan penjelasan dari perawat tentang proses penyakitnya. 9) akan berkurang dan Kecemasan Pasien mendengarkan penjelasan Dari perawat Tentang proses penyakitnya.
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA
Sunaryo, Soemarno, (1998), Demam Berdarah Pada Anak, UI ; Jakarta. Sunaryo, Soemarno, (1998), Demam Berdarah PADA Anak, UI; Jakarta.
Effendy, Christantie, (1995), Perawatan Pasien DHF, EGC ; Jakarta. Effendy, Christantie, (1995), Perawatan Pasien DBD, EGC; Jakarta.
Hendarwanto, (1996), Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga, FKUI ; Jakarta. Hendarwanto, (1996), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, edisi SIBOR, FKUI, Jakarta.
Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), PENERAPAN Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan, EGC ; Jakarta. Keperawatan, EGC; Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar