Rabu, 08 Desember 2010

PEMBEDAHAN DALAM OBSTETRI “ SEKSIO SESARIA “

PEMBEDAHAN DALAM OBSTETRI
“ SEKSIO SESARIA “

A.    Defenisi
Seksio sesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram. (Sarwono prawidhardjo, 2000 : 133)

B.     Etiologi
Seksio sesaria diindikasikan :
*      Indikasi pada ibu
-          Panggul sempit absolute
-          Tumor-tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi
-          Stenosis servik/ vagina
-          Plasenta previa
-          Disproporsi sefalo pelvic
-          Ruptura uteri
*       Indikasi pada janin
-          Kelainan letak
-          Gawat janin

C.    Klasifikasi
Seksio sesaria diklasifikasikan menjadi :
*      Seksio sesaria abdominalis (abdomen)
a.       Seksio sesaria transperitonealis
-          Seksio sesaria klasik atau koparal dengan insisi memanjang pada korpus uteri
-          Seksio sesaria ismika atau profunda dengan insisi pada segmen bawah rahim
b.      Sesksio sesaria ekstra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum perietalis dengan demikian tidak membuka kavum abdominal
-          Seksio sesaria klasik (kosporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm
-          Seksio sesaria ismika (profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim kira-kira 10 cm

D.    Komplikasi
*       Pada Ibu
§  Infeksi paerperal
-          Ringan : peningkatan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas
-          Berat : peritonitis, sepsis
§   Perdarahan
§  Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kencing, embolisme paru-paru
§  Pada bayi
Kematian perinatal pasca seksio sesaria sebanyak 4-7 %

E.     Pemeriksaan Diagnostik
*      Hitung darah lengkap, golongan darah (ABO) dan percocokan silang, tes coomos
*      Urinalisis : Menentukan kadar albumin/ glukosa
*      Kultur : Mengidentifikasi adanya virus herpes simplek tipe II
*      Pelvimetri : Menentukan CPD
*      Amniosentesis : Mengkaji maturitas paru janin
*      Ultranografi : Melokalisasi plasenta, menentukan pertumbuhan, kedudukan dan presentasi janin
*      Tes stress kontraksi atau tes non stress : Mengkaji respon janin terhadap gerakan/ stress dan pola konstriksi uterus pola abnormal



F.     ASUHAN KEPERAWATAN
I.       Pengkajian
1.      Identitas Klien
2.      Riwayat Kesehatan
a.       RKD
Apakah klien dulu pernah mengalami seksio sesaria, apakah ada penyulit persalinan sebelumnya seperti hipertensi, anemia, panggul sempit, adakah riwayat kembar
b.      RKK
Apakah ada kelainan seperti : Kelainan letak janin (sunsang, lintang dll), biasanya terjadi perdarahan yang hebat tanpa disadari, klien tidak merasakan nyeri
c.       RKK
Biasanya ada riwayat anggota keluarga yang pernah menderita hipertensi, DM, pre eklamsi/ eklamsi dan penyakit menular

3.      Pemeriksaan Fisik
*      Sirkulasi
Hipertensi, perdarahan vagina mungkin ada
*      Integritas EGO
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan dan atau refleksi negative pada kemampuan sebagai wanita
*      Makanan dan Cairan
Nyeri epigastrik, gangguan penglihatan, edema, tanda-tanda hipertensi karena kehamilan (HKK)
*      Nyeri/ Ketidaknyamanan
Distosia, persalinan lama/ disfungsional, kegagalan induksi, nyeri tekan uterus mungkin ada
*      Keamananan
Penyakit hubungan seksual aktif (mis : herpes), prolaps tali pusat, distress janin, ancaman kelahiran janin yang prematur, presentasi bokong dengan versi sefalik eksternal yang tidak berhasil ketuban pecah selama 24 jam/ lebih lama, adanya kompliksi ibu seperti HKK, diabetes, penyakit ginjal atau jantung atau infeksi asenden.
*      Seksualitas
Disproporsi sefalopelvis (CPD), kehamilan multiple atau gestasi (uterus sangat distensi), melahirkan sesaria sebelumnya, tumor/ neoplasma yang menghambat pelvis/ jalan lahir.

II.    Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
1.      Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d perdarahan
2.      Resiko tinggi penyebaran infeksi b/d prosedur infasif, pecah ketuban, kerusakan kulit, penurunan Hb, pemajanan pada patogen
3.      Ansietas b/d krisis situasi, ancaman konsep diri, ancaman yang dirasakan/ actual dari kesejahteraan maternal dan janin, transmisi interpersonal
4.      Resiko tinggi terhadap nyeri b/d peningkatan/ kontraksi otot yang lebih lama, reaksi psikologis
5.      Resiko kerusakan integritas jaringan b/d prosedur infasif, insisi bedah
6.      Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai prosedur pembedahan, harapan, regimen pasca operasi b/d kurang pemajanan tidak mengenal informasi, kesalahan interpretasi

III. Intervensi Keperawatan
1.      Ansietas b/d krisis situasi, ancaman konsep diri, ancaman yang dirasakan/ actual dari kesejahteraan maternal dan janin, transmisi interpersonal
Tujuan : Ansietas pada klien dapat teratasi
Kriteria : -    Klien tampak rileks
-          Klien mengungkapkan rasa takut pada keselamatannya dan janin


Intervensi :
a.       Kaji respon psikologis pada kejadian dan ketersediaan system pendukung
Ras : Makin klien merasakan ancaman, makin besar tingkat ansietas.
b.      Pastikan apakah prosedur direncanakan atau tidak direncanakan
Ras : Pada kelahiran sesaria yang tidak direncanakan, klien biasanya tidak mempunyai waktu untuk persiapan secara psikologis atau fisiologis
c.       Tetap bersama klien dan tetap tenang, bicara perlahan, tunjukkan empati
 Ras : Membantu membatasi transmisi ansietas interversonal, dan
          mendemonstrasikan perhatian terhadap klien/ pasangan  
d.      Beri penguatan aspek positif dari ibu dan kondisi janin
Ras : Memfokuskan pada kemungkinan kebersihalan hasil akhir dan membantu membawa ancaman yang dirasakan/ actual kedalam perspektif  
e.       Anjurkan klien mengungkapkan atau mengeksfresikan perasaan
Ras : Membantu mengidentifikasikan perasaan dan memberikan kesempatan untuk mengatasi perasaan ambivalen atau berduka, klien dapat merasakan ancaman emosional pada harga dirinya karena perasaannya bahwa ia telah gagal, wanita yang lemah
f.       Dukung/ arahkan kembali mekanisme koping yang diekspresikan
Ras : Mendukung mekanisme koping dasar dan otomatik meningkatkan kepercayaan diri dan penerimaan dan menurunkan ansietas
g.      Berikan masa privasi kurang rangsangan lingkungan seperti jumlah orang yang ada sesuai indikasi keinginan klien
Ras : Memungkinkan kesempatan bagi klien untuk mengiteralisasi informasi, menyusun sumber-sumber dan mengatasi dengan efektif
2.      Resiko tinggi penyebaran infeksi b/d prosedur infasif, pecah ketuban, kerusakan kulit, penurunan Hb, pemajanan pada patogen
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
Kriteria : -    Klien bebas dari infeksi
-          Pencapain tepat waktu dalam pemulihan luka tanpa komplikasi
Intervensi :
a.       Tinjau ulang kondisi atau factor resiko yang ada sebelumnya catat waktu pecah ketuban
Ras : Kondisi dasar ibu, seperti DM, hemoragi, menimbulkan potensial resiko infeksi atau penyembuhan luka yang buruk. Adanya proses infeksi dapat meningkatkan resiko kontaminasi janin  
b.      Kaji terhadap tanda dan gejala infeksi (misalnya peningkatan suhu, nadi, jumlah sel darah putih atau bau/ warna vagina)
Ras : Pecah ketuban terjadi 24 jam sebelum pembedahan dapat mengakibatkan karioamnionitis sebelum intervensi bedah dan dapat mengubah penyembuhan luka 
c.       Berikan perawatan perineal sedikitnya setiap 4 jam bila ketuban telah  pecah
Ras : Menurunkan resiko infeksi asenden  
d.      Kolaborasi
-          Lakukan persiapan kulit praoperatif, scrub sesuai protocol
Ras : Menurunkan resiko kontaminan kulit memasuki insisi, menurunkan resiko infeksi pasca operasi
-          Dapatkan kultur darah vagina dan plasenta sesuai indikasi
Ras : Mengidentifikasi organisme yang menginfeksi dan tingkat keterlibatan
-          Catat Hb dan Ht, catat perkiraan kehilangan darah selama prosedur pembedahan
Ras : Resiko infeksi pasca melahirkan dan penyembuhan buruk meningkatkan bila kadar Hb rendah dan kehilangan darah berlebihan 
-          Berikan antibiotic spectrum luas parenteral pada pra operasi
Ras : Antibiotik profilaktik dapat dipesankan untuk mencegah terjadinya proses infeksi sebagai pengobatan pada infeksi yang teridentifikasi

IV. Implementasi
Setelah rencana tindakan keperawatan disusun secara sistemik. selanjutnya rencana tindakan tersebut diterapkan dalam bentuk kegiatan yang nyata dan terpadu guna memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang diharapkan

V.    Evaluasi
Akhir dari proses keperawatan adalah ketentuan hasil yang diharapkan terhadap perilaku dan sejauh mana masalah klien dapat teratasi. Disamping itu perawat juga melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika tujuan ditetapkan belum berhasil/ teratasi.  




Tidak ada komentar:

Posting Komentar