Rabu, 08 Desember 2010

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DERMATITIS

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN DERMATITIS




Di susun oleh :
AMRIL IDRIS

STIKES BARAMULI PINRANG
JURUSAN KEPERAWATAN
TA 2009/2010


ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DERMATITIS
1. Pengertian
Dermatitis merupakan epidermo-dermatitis dengan gejala subyektif pruritus. Obyektif tanpa inflamasi eritema, vesikulasi, eksudasi dan pembentukan sisik. Tanda-tanda polimorfi tersebut tidak selalu timbul pada saat-saat yang sama. Penyakit bertendensi residif dan menjadi kronis
2. Etiologi
• Penyebab : kadang-kadang tidak diketahui
• Sebagian besar : respon kulit terhadap agen-agen yang beraneka ragam, mis: zat kimia, protein, bakteri. Respon tersebut biasanya berhubungan dengan alergi.
• Alergi : perubahan kemampuan tubuh yang didapat dan spesifik untuk bereaksi.
• Reaksi terjadi atas dasar interaksi antigen-antibodi.

3. Patogenesis
Dermatitis : reaksi alergi tipe 4. Reaksi spesifik memerlukan beberapa jam untuk mencapai maximum. Gejala klinis biasanya baru tampak sesudah 24-48 jam. Pada interaksi antara antigen & antibodi terjadi pembebasan berbagai mediator farmakologik (histamin, SRS-A, serotonin, bradikinin, asetil kolin, anafilatoksin).

4. Gejala Klinis
• Subyektif : tanda-tanda radang(itis)akut, terutama pruritus (dolor), kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor), gangguan fungsi kulit(fungsiolesa).
• Obyektif : Biasanya batas kelainan tidak jelas, terdapat polimorfi ygdapat timbul secara serentak atau berturut-turut.

• Edema sangat jelas pada kulitlonggar mis : muka (palpebra, bibir) & genetalia externa.
• Dermatitis madidans (basah) : adanya exudasi, vesikel-vesikel yg berkelompok kemudian membesar dapat disertai pustule jika disertai infeksi.
• Dermatitis sika (kering) : erosi atau ekskoriasi dengan krusta, terjadi deskuamasi sisik-sisik. Bila proses menjadi kronik tampak likenifikasi kemudian terjadi hiper/hipo pigmentasi.
• Eritema → madidans → eksudasi, vesikel, bula → erosi, ekskoriasi → krusta →sika →deskuamasi →likenifikasi Hipo/Hiperpigmentasi

5. Tata nama/ Nomenklatur
Klasifikasi dermatitis berdasarkan etiologi, morfologi, bentuk, lokalisasi, lama/ perlangsungan penyakit
• Etiologi:
a) Dermatitis Medika mentosa → sistemik
b) Dermatitis Kontak → lipstik, catrambut, cat kuku, parfum
c) Dermatitis Solaris → Sinar matahari
d) Dermatitis Alimentary → makanan/minuman
e) Dermatitis Venenata → Sekret serangga, getah tumbuhan
• Bentuk:
Dermatitis Numularis
• Lokalisasi:
a) Dermatitis Intertriginosa
b) Dermatitis Interdigitalis
c) Dermatitis Perioralis
• Lama penyakit:
a) Dermatitis Akut
b) Dermatitis Subakut
c) Dermatitis Kronik


a) Dermatitis kontak
Ialah dermatitis karena kontaktan eksternal, yang menimbulkan fenomena sensitisasi (alergik) atau (toksik).
• Etiologi
a. Tipe toksik akut : oleh iritan primer kuat/absolut seperti asam kuat, basa kuat, racun serangga, getah tanaman tertentu.
b. Tipe toksik kronik : oleh iritan primer lemah seperti sabun, detergan , asma lemah, wol, bulu binatang, bahan pelarut, antiseptik dan lainnya.
c. Tipe allergik : oleh karena alergen seperti (Ag, Hg, Cr), karet, plastik,, zat pewarna, sabun, detergen, obat-obatan (Antibiotik, sulfa anti histamin), sinar, larutan antiseptik dsb.












• Patofisiologi
Hipersensitivitas type 4 (tipe lambat)

Fase induksi Fase isilitasi





Hapten Penetrasi kedalam kulit

Kontak ulang dengan hapten



Berikatan dengan protein carier
Sel efektor tersensitisisasi
Antigen yang lengkap

Mengeluarkan limfokin



Menarik berbagai sel radang

Makrofag dan sel langerhans


RX limfosit T sensitisasi limfotik
terjadi gejala klinik


Imigrasi kedarah parakortikal kel. Getah bening regional kedalam sirkulasi, kulit dan sistem limfoid
Sensitivitas seluruh tubuh

• Gejala klinik
A. Tipe toksik:
Akut :
- cepat timbul
- berbatas tegas
- Eritem, vesikel/bula, eksoriasi
- Nekrosis, ulkus
Kronik :
- Lambat, batas tidak jelas/teghas
- Kadang-kadang gatal, pedih bila kulit retak
- Skuama kulit menebal
B. Tipe alergik:
- Lambat, batas tidak jelas
- Luas dari pada kulit yanng terkena
- Daerah peka- Lebih cepat gatal

• Pemeriksaan laboratorium
a. Uji tempel (patch test)
Dilakukan bila dermatitis sudah tenang
- Lokasi yang dipilih- lokasi yang representatif seperti punggung atau lengan atas, bahanyang diguinakan bahan standard dan yang dicurigai.
- Sesudah 24-48 jam dibaca apakah terdapat reaksi atau tidak. Reaksi dinilai sebagai :
+ : Eritema
++ : Eritema, edema, papul.
+++ : eritema,edema,papul, vesikel
++++ : Sama dengan +3, tetapi disertai vesikel yang berkonfluensi.
+++++ : Eritema dan bula

• Terapi/ pengobatan
1. Umum : Hilangkan bahan penyebab
2. Topikal
Akut : Kompres salicil
Bila kering : krim kortikosteroid
3. Sistemik
a. Antibiotik : Toksik akut, luas : penicillin
b. Kortikosteroid : tipe allergen : Kortiko sterioid
c. Antihistamin : Untuk mendapatkan efek sedatifa

b) Dermatitis atopik
Dermatitis atopik dapat disebut juga eksema konstitusional, ekzema fleksural, neur dermatits diseminata, prurigo besnier.

• Etiologi
Terdapat stigmata atopi ( herediter ) pada pasien berupa :
a. Rinitis allergik asma bronkhikial hay fever
b. Allergik terhadap berbagai alergen protein.
c. Pada kulit dermatitis atopik dermatografisme putih dan kecenderungan timbul urtika.
d. Reaksi menurun terhadap perubahan suhu dan ketegangan(stress).
e. Resitensi menurun terhadap infeksi virus dan bakteri.
f. Lebih sensitif terhadap serum dan obat.
• Patofisiologi
Peningkatan sel mast

Histamin dilepaskan





Menghambat kemotaksis dan menekan produksi sel T

Produksi berlebihan Ig E





• Tanda dan gejala
Subyektif selalu terdapat pruritus terdiri atas 3 bentuk yaitu :
1. Bentuk Infantil ( 2 bulan-2 tahun).
Terdapat eritema berbatas tegas, dapat dissertai papul-papul dan vesikel-vesikel miliar, yang menjadi erosit, eksudatif dan berkrusta. Tempat predileksi kedua pipi, ekstremitas bawah bagian fleksor dan ekstensor.
2. Bentuk anak ( 3 -10 tahun )
Pada anamnesis dapat didahului bentuk infantil. Lesi tidak eksudatif lagi, sering disertai hiperkeratosis, hiperpigmentasi dan hipopigmentasi. Tempat predileksi tengkuk, fleksorkubital dan fleksorpopliteal.
3. Bentuk dewasa ( 13 – 30 tahun )
Pada anamnesis terdapat bentuk infantil dan bentuk anak. Lesi selalu kering dan dapat disertai likenifikasi dan hiperpigmentasi. Tempat predileksi tengkuk serta daerah fleksor kubita dan fleksorpopliteal. Kelainan lain yang mungkin terlihat pada dermatitis atopik antara lain :
- Keratosis pilaris, garis-garis lekuk limpraorbita.
- Bulu alis mata bagian lateral menipis/menghilang
- Kulit infraorbita berwarna lebih gelap.
- Telapak tangan menebal dan timbul fisura kadang-kadang ditemukan kelainan kuku, pembesaran kelenjar getah bening.
• Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada anak dengan dermatitis atopi yaitu alergi saluran napas dan infeksi kulit oleh kuman sthapylococcus aureus dan virus Herpes Simplex.

• Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan darah tepi : ditemukan adanya eosinofil.
2. Pemeriksaan imunologi : ditemukan kadar imunoglobulin meningkat berhubungan dengan kelainan pernafasan seperti : asma bronkial, rinitis alergika. Serta terjadi pengurangan sel T dalam darah.
• Penatalaksanaan
• Mandikan si kecil 2 kali sehari dengan air dingin, gunakan sabun yang mengandung pelembab. Setelah mandi dan dikeringkan segera oleskan obat topikal 2 kali sehari pada kelainan kulitnya.
• Supaya kulit tak menjadi kering, oleskan pelembab 2 kali sehari sehabis mandi. Walaupun kulit sudah sembuh, pemakaian pelembab tetap dianjurkan untuk mengatasi kekeringan pada kulit.
• Hindari faktor pencetus
• Krim atau salep corticosteroid bisa mengurangi ruam dan mengendalikan rasa gatal.
• Antihistamin (difenhidramin, hydroxizini) bisa mengendalikan rasa gatal, terutama dengan efek sedatifnya. Obat ini menyebabkan kantuk, jadi sebaiknya diminum menjelang tidur malam hari.

c) Dermatitis Numularis
• Etiologi
Tidak diketahui. Penyakit timbul pada pasien yang mempunyai kulit kering, serta mempunyai kepribadian yang tense dan anxious. Kadang-kadang didapati infeksi lokal.
• Manifestasi klinis
Subyektif sangat gatal. Obyektif terlihat dermatitis sebear uang logam, terdiri atas eritema, edema, kadang-kadang ada visikel, krusta dan papul. Tempat predileksi ialah ekstremitas ( terutama tungkai bawah ), bahu dan bokong. Penyakit ini mempunyai kecenderungan residif.
• Penatalaksanaan.
Cari infeksi sebagai faktor pencetus fokal sistemik, dapat diberikan prednison 20 Mg sehari. Pengobatan topikal disesuaikan kondisi penyakit.

d) Dermatitis statis
Atau dermatitis hipostatis merupakan dermatits yang bersifat persisten pada tungkai bawah oleh karena adanya gangguan aliran darah.
• Etiologi
Karena adanya gangguan aliran darah berupa bendungan dan kelainan vena ditungkai bawah.
• Beberapa faktor predisposisi
- Banyak berdiri
- Obesitas
- Sering melahirkan
- Ras
• Tanda dan gejala
Subyektif terdapat pruritus. Pada permulaan tampak edema pada pergelangan kaki, terutam pada sore sehabis bekerja. Hemosiderin ke;luar dari pembuluh darah, sehingga terlihat bercak-bercak hiperpigmentasi kecoklatan pada bagian medial sepertiga bawah tungkai bawah. Perlahan-lahan timbul dermatitis yang seringkali medidans. Bila timbul infeksi sekunder, maka teraba indurasi suskutan dan kulit diatasnya berwarna coklat merah. Karena terjadi pembendungan serta atropikulit, maka dengan muda akan timbul ulkus. Faktor presipitasi timbulnya ulkus statis ialah truma ringan dan infeksi sekunder. Pada stadium lanjut dapat timbul ulkus statis, maka subyektif terasa nyeri.
• Penatalaksanaan
Terdiri atas pengobatan kausa karena kelainan sirkulasi misalnya diperbaiki dengan elevasi tungkai pada saat tidur. Terapi dermatitis diberikan sesuai dengan kondisinya.

e) Neurodermitis sirkumskripta
• Sinonim : Liken Simpleks Kronis
• etiologi : Tidak pasti.
• Perjalanan Penyakit Dan Gejala Klinis :
Penderita umumnya orang dewasa atau orang tua. Mungkin suatu tempat gatal kemudian digaruk berulang-ulang, maka akan timbul papel, likenifikasi dan kulit menjadi tebal yang menimbulkan hyperpigmentasi. Lesi berupa papel besar, gatal disebut prurigo nodularis.
Tempat di tengkuk, di punggung kaki, punggung tangan, lengan bawah dekat siku, tungkai bawah bagian lateral, perianal, scrotum dan vulva atau di scalp. Prurigo nodularis sering ditemukan di lengan dan tungkai. Kelainan menipis bila tidak digaruk.
• Pengobatan :
Diberitahukan kepada penderita : kelainan kulit menipis dan kemudian menghilang bila tidak digaruk.
õ Sistemik : Sedativa atau Antihistaminika untuk mengurangi rasa gatal.
õ Topikal : Salep Kortikosteroid.
Bila kurang berhasil dibantu dengan cara oklusi (ditutup dengan bahan impermeabel misalnya bungkus plastik). Kalau belum berhasil juga disuntik dengan kortikosteroid intra lesi, misalnya triamsinolon.
• Prognosis :
Baik, tetapi sering pula residif.

f) Dermatitis seboroika
• Sinonim :
Seborrheic Eczema, Dermatitis Seborrhoides, Seborrhoide.
• Penyebab :
Tidak diketahui.
• Faktor yang mempengaruhi / memperburuk :
 Jenis makanan berlemak
 Banyaknya keringat
 Stress emosi
• Insidens :
Daerah dingin insidennya lebih tinggi. Umumnya bayi dan anak umur 6 – 10 tahun, serta orang dewasa umur 18 – 40 tahun.
• Perjalanan Penyakit Dan Gejala Klinis :
Merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal. Kelainan berupa skuama kering, basah atau kasar; krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi.
Tempat kulit kepala, alis, daerah nasolabial belakang telinga, lipatan mammae, presternal, ketiak, umbilikus, lipat bokong, lipat paha dan skrotum.
Pada kulit kepala terdapat skuama kering dikenal sebagai dandruff dan bila basah disebut pytiriasis steatoides ; disertai kerontokan rambut.

Lesi dapat menjalar ke dahi, belakang telinga, tengkuk, serta oozing (membasah), dan menjadi keadaan eksfoliatif generalisata. Pada bayi dapat terjadi eritroderma deskuamativa atau disebut penyakit Leiner.
• Diagnosis Banding :
Psoriasis, Pitiriasis Rosea, Dermatofitosis.
• Pengobatan :
Umum : diet rendah lemak.
Sistemik : antihistamin, pada kasus berat, kortikosteroid.
Lokal : preparat sulfur, tar, kortikosteroid. Shampo dapat dipakai selenium sulfide
• Prognosis :
Kronik residif.


Neurodematitis Dermatitis Numularis


Dermatitis Kontak

ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
Untuk menetapkan bahan alergen penyebab dermatitis kontak alergik diperlukan anamnesis yang teliti, riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisik dan uji tempel.
Anamnesis ditujukan selain untuk menegakkan diagnosis juga untuk mencari kausanya. Karena hal ini penting dalam menentukan terapi dan tindak lanjutnya, yaitu mencegah kekambuhan. Diperlukan kesabaran, ketelitian, pengertian dan kerjasama yang baik dengan pasien. Pada anamnesis perlu juga ditanyakan riwayat atopi, perjalanan penyakit, pekerjaan, hobi, riwayat kontaktan dan pengobatan yang pernah diberikan oleh dokter maupun dilakukan sendiri, obyek personal meliputi pertanyaan tentang pakaian baru, sepatu lama, kosmetika, kaca mata, dan jam tangan serta kondisi lain yaitu riwayat medis umum dan mungkin faktor psikologik.
Pemeriksaan fisik didapatkan adanya eritema, edema dan papula disusul dengan pembentukan vesikel yang jika pecah akan membentuk dermatitis yang membasah. Lesi pada umumnya timbul pada tempat kontak, tidak berbatas tegas dan dapat meluas ke daerah sekitarnya. Karena beberapa bagian tubuh sangat mudah tersensitisasi dibandingkan bagian tubuh yang lain maka predileksi regional diagnosis regional akan sangat membantu penegakan diagnosis.
Kriteria diagnosis dermatitis kontak alergik adalah :
1.Adanya riwayat kontak dengan suatu bahan satu kali tetapi lama, beberapa kali atau satu kali tetapi sebelumnya pernah atau sering kontak dengan bahan serupa.
2.Terdapat tanda-tanda dermatitis terutama pada tempat kontak.
3.Terdapat tanda-tanda dermatitis disekitar tempat kontak dan lain tempat yang serupa dengan tempat kontak tetapi lebih ringan serta timbulnya lebih lambat, yang tumbuhnya setelah pada tempat kontak.
4.Rasa gatal
5.Uji tempel dengan bahan yang dicurigai hasilnya positif.



Berbagai jenis kelainan kulit yang harus dipertimbangkan dalam diagnosis
banding adalah :
1.Dermatitis atopik : erupsi kulit yang bersifat kronik residif, pada tempat-tempat tertentu seperti lipat siku, lipat lutut dise rtai riwayat atopi pada penderita atau keluarganya. Penderita dermatitis atopik mengalami efek pada sisitem imunitas seluler, dimana sel TH2 akan memsekresi IL-4 yang akan merangsang sel Buntuk memproduksi IgE, dan IL-5 yang merangsang pembentukan eosinofil. Sebaliknya jumlah sel T dalam sirkulasi menurun dan kepekaan terhadap alergen kontak menurun.
2.Dermatitis numularis : merupakan dermatitis yang bersifat kronik residif dengan lesi berukuran sebesar uang logam dan umumnya berlokasi pada sisi ekstensor ekstremitas.
3.Dermatitis dishidrotik : erupsi bersifat kronik residif, sering dijumpai pada telapak tangan dan telapak kaki, dengan efloresensi berupa vesikel yang terletak di dalam.
4.Dermatomikosis : infeksi kulit yang disebabkan oleh jamur dengan efloresensi kulit bersifat polimorf, berbatas tegas dengan tepi yang lebih aktif.
5.Dermatitis seboroik : bila dijumpai pada muka dan aksila akan sulit dibedakan. Pada muka terdapat di sekitar alae nasi, alis mata dan di belakang
6.telinga.
7.Liken simplek kronikus : bersifat kronis dan redisif, sering mengalami iritasi atau sensitisasi. Harus dibedakan dengan dermatitis kontak alergik bentuk kronik.

a. Data subyektif
- Pruritus
- Nyeri
- Kecemasan
- Malu
b. Data obyektif
- Eritema
- Vesikel
- warna
- suhu
- Kelembapan / kekeringan
- Tekstur kulit
- Lesi
- Vaskularitas
c. Tanyakan :
- Riwayat penyakit dahulu
- Riwayat alergi kulit
- Riwayat penyakit sekarang
- Riwayat pengobatan sebelumnya
- Riwayat psikososial

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada kulit
2.Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar alergen
3.Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus
4.Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus
5.Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.
6.Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan inadekuat informasi

3. INTERVENSI
1. Gangguan integritas kulit b.d kekeringan pada kulit
- Tujuan : klien/orang tua akan mempertahankan kulit klien agar mempunyai hidrasi yang baik dan turunnya peradangan, ditandai dengan :
a. Mengungkapkan peningkatan kenyamanan kulit
b. Berkurangnya derajat pengelupasan kulit
c. Berkurangnnya kemerahan
d. Berkurangnya lecet karena garukan
e. Penyembuhan area kulit yang telah rusak
- Intervensi :
a. Mandikan anak paling tidak sekali sehari selama 15 – 20 menit. Segera oleskan salep atau krim yang telah diresepkan setelah mandi. Mandi lebih sering jika tanda dan gejala meningkat.
Rasional : dengan mandi air akan meresap dalam saturasi kulit. Pengolesan krim pelembab selama 2 – 4 menit setelah mandi untuk mencegah penguapan air dari kulit.
b. Gunakan air hangat untuk memandikan anak.
Rasional : air panas menyebabkan vasodilatasi yang akan meningkatkan pruritus.
c. Anjurkan orang tua dan anak untuk menggunakan sabun yang mengandung pelembab atau sabun untuk kulit sensitive pada anak. Hindari mandi busa.
Rasional : sabun yang mengandung pelembab lebih sedikit kandungan alkalin dan tidak membuat kulit kering, sabun kering dapat meningkatkan keluhan.

d. Oleskan/berikan salep atau krim yang telah diresepkan 2 atau tiga kali per hari pada anak.
Rasional : salep atau krim akan melembabkan kulit.

2. Resiko kerusakan kulit b.d terpapar alergen
- Tujuan : klien/orang tua akan mempertahankan integritas kulit klien, ditandai dengan Menghindari alergen
- Intervensi:
a. Ajari orang tua dan anak untuk menghindarkan atau menurunkan paparan terhadap alergen yang telah diketahui pada anak.
Rasional : menghindari alergen akan menurunkan respon alergi
b. Anjurkan orang tua dan anak membaca label makanan kaleng agar anak terhindar dari bahan makanan yang mengandung allergen. Rasional : menghindari alergi makanan.
c. Hindari anak dari binatang peliharaan.
Rasionalisasi jika alergi terhadap bulu binatang sebaiknya hindari memelihara binatang atau batasi keberadaan binatang di sekitar area rumah
d. Gunakan penyejuk ruangan (AC) di rumah, bila memungkinkan.
Rasional : AC membantu menurunkan paparan terhadap beberapa alergen yang ada di lingkungan.

3. Perubahan rasa nyaman b.d pruritus
- Tujuan : klien menunjukkan berkurangnya pruritus, ditandai dengan
a. Berkurangnya lecet akibat garukan
b. Klien tidur nyenyak tanpa terganggu rasa gatal
c. Klien mengungkapkan adanya peningkatan rasa nyaman
- Intervensi :
a. Jelaskan pada orang tua dan anak gejala gatal berhubungan dengan penyebabnya (misal keringnya kulit) dan prinsip terapinya (misal hidrasi) dan siklus gatal-garuk-gatal-garuk.
Rasional : dengan mengetahui proses fisiologis dan psikologis dan prinsip gatal serta penangannya akan meningkatkan rasa kooperatif.
b. Anjurkan orang tua dan anak untuk mencuci semua pakaian sebelum digunakan untuk menghilangkan formaldehid dan bahan kimia lain serta hindari menggunakan pelembut pakaian buatan pabrik.
Rasional : pruritus sering disebabkan oleh dampak iritan atau allergen dari bahan kimia atau komponen pelembut pakaian.
c. Anjurkan orang tua dan anak untuk menggunakan deterjen ringan dan bilas pakaian untuk memastikan sudah tidak ada sabun yang tertinggal.
Rasional : bahan yang tertinggal (deterjen) pada pencucian pakaian dapat menyebabkan iritasi
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus.
Tujuan :
Klien bisa beristirahat tanpa adanya pruritus.
Kriteria Hasil :
1.Mencapai tidur yang nyenyak.
2.Melaporkan gatal mereda.
3.Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat.
4.Menghindari konsumsi kafein.
5.Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur.
6.Mengenali pola istirahat/tidur yang memuaskan.
Intervensi :
a. Nasihati klien/orang tua untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki ventilasi dan kelembaban yang baik.
Rasional: Udara yang kering membuat kulit terasa gatal, lingkungan yang nyaman meningkatkan relaksasi.
b. Menjaga agar kulit selalu lembab.
Rasional: Tindakan ini mencegah kehilangan air, kulit yang kering dan gatal biasanya tidak dapat disembuhkan tetapi bisa dikendalikan.
c. Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur.
Rasional: kafein memiliki efek puncak 2-4 jam setelah dikonsumsi.
d. Melaksanakan gerak badan secara teratur.
Rasional: memberikan efek menguntungkan bila dilaksanakan di sore hari.
e. Mengerjakan hal ritual menjelang tidur.
Rasional: Memudahkan peralihan dari keadaan terjaga ke keadaan tertidur.

5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.
Tujuan :
Pengembangan peningkatan penerimaan diri pada klien tercapai
Kriteria Hasil :
1.Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri.
2.Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri.
3.Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi.
4.Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri.
5.Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat.
6.Tampak tidak meprihatinkan kondisi.
7.Menggunakan teknik penyembunyian kekurangan dan menekankan teknik untuk meningkatkan penampilan
Intervensi :
a. Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan merendahkan diri sendiri).
Rasional: Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit/keadaan yang tampak nyata bagi klien, kesan orang terhadap dirinya berpengaruh terhadap konsep diri.
b. Identifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan.
Rasional: Terdapat hubungan antara stadium perkembangan, citra diri dan reaksi serta pemahaman klien terhadap kondisi kulitnya.
c. Berikan kesempatan pengungkapan perasaan.
Rasional: klien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipahami.
d. Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang cemas mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali masalahnya.
Rasional: Memberikan kesempatan pada petugas untuk menetralkan kecemasan yang tidak perlu terjadi dan memulihkan realitas situasi, ketakutan merusak adaptasi klien .
e. Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri , spt merias, merapikan.
Rasional: membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.
f. Mendorong sosialisasi dengan orang lain.
Rasional: membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.


6. Kurang pengetahuan tentang program terapi
Tujuan :
Terapi dapat dipahami dan dijalankan
Kriteria Hasil :
1.Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.
2.Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.
3.Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program.
4.Menggunakan obat topikal dengan tepat.
5.Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.
Intervensi :
a. Kaji apakah klien/orang tua memahami dan mengerti tentang penyakitnya.
Rasional: memberikan data dasar untuk mengembangkan rencana penyuluhan
b. Jaga agar klien/ orang tua mendapatkan informasi yang benar, memperbaiki kesalahan konsepsi/informasi.
Rasional: Klien harus memiliki perasaan bahwa sesuatu dapat mereka perbuat, kebanyakan klien merasakan manfaat.
c. Peragakan penerapan terapi seperti, mandi dan penggunaan obat-obatan lainnya.
Rasional: memungkinkan klien memperoleh cara yang tepat untuk melakukan terapi.
d. Nasihati klien/orang tua agar selalu menjaga hygiene pribadi juga lingkungan..
Rasional: Dengan terjaganya hygiene, dermatitis alergi sukar untuk kambuh kembali

4. EVALUASI
Evaluasi yang akan dilakukan yaitu mencakup tentang :
1.Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.
2.Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.
3.Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program.
4.Menggunakan obat topikal dengan tepat.
5.Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.



DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 1997. Buku saku patofisiologi/Handbook of Pathophysiology. Alih Bahasa: Brahm U. Pendit. Cetakan 1. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Areif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : Media Aescalipius.

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku ajar medikal bedah Brunner Suddarth/Brunner Suddarth’s
Texbook of Medical-surgical. Alih Bahasa:Agung Waluyo…..(et.al.). ed 8 Vol 3 Jakarta: EGC

http://zulkiflithamrin.blogspot.com/2007/05/dermatitis-atopik.html

http://www.klikdokter.com/illness/detail/216

Tidak ada komentar:

Posting Komentar