Rabu, 08 Desember 2010

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN INFEKSI NIFAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN
INFEKSI NIFAS


A. Pengertian
Infeksi nifas adalah Infeksi luka jalan lahir postpartum biasanya dari endometrium, bekas insersi plasenta.
Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman kedalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas.
Infeksi nifas : - Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, servix, dan endometrium
- Penyebaran melaui vena, saluran limfe, permukaan endometrium

B. Etiologi
Bermacam-macam jalan masuk kedalam alat kandungan seperti eksogen (luar), autogen (dari dalam tubuh), endogen (dari jalan lahir sendiri, penyebab yang terbanyak dan lebih dari 80% adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak pathogen sebagai penghuni normal jalan lahir.
Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi :
a. Streptococcus haemolitik aerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dan penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan penolong.
b. Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang
c. Escherchia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum

Faktor Predisposisi
 Partus lama, partus terlambat, dan ketuban pecah lama
 Tindakan obsetri operatif baik pervaginam maupun perabdominal.
 Tertinggalnya sisa-sisa uri,selaput ketuban dan bekuan darah dalam rongga rahim.
 Keadaan - keadaan yang menurunkan daya tahan seperti : perdarahan, kelelahan, malnutrisi, pre-eklamsi, dan penyakit ibu lainnya.(penyakit jantung, tuberculosis paru, pneumonia )

C. Manifestasi Klinis
Infeksi nifas dibagi atas 2 golongan yaitu :
1. Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina dan endometrium
Infeksi perineum, vulva, vagina dan serviks
Tanda dan gejala :
- Rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, disuria dengan atau tanpa distensi urin
- Jahitan luka mudah lepas, merah dan bengkak
- Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaan tidak berat. Suhu sekitar 380 C, nadi kurang dari 100 X / i
- Bila luka terinfeksi, tertutup jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam bisa meningkat sampai 390 – 400 C, kadang – kadang disertai menggigil
Endometritis
- Kadang – kadang lochea tertahan dalam uterus oleh darah, sisa plasenta dan selaput ketuban yang disebut locheometra
- Pengeluaran lochea bias banyak / sedikit, kadang – kadang berbau / tidak, lochea berwarna merah / coklat
- Suhu badan meningkat mulai 48 jam post partum, sering kali dengan pola gigi gergaji (38,50 – 400 C) menggigil, nadi biasanya sesuai dengan kurva suhu badan
- Sakit kepala, sulit tidur, anoreksia
- Nyeri tekan pada uterus, uterus agak membesar dan lembek, HIS susulan biasanya sangat mengganggu
- Leukositosis dapat berkisar antara 13000 – 15000 / mm3

2. Penyebaran dari tempat – tempat infeksi melalui vena – vena jalan limfe dan permukaan endometrium

Septikemia dan Piemia
- Septikemia : Permulaan klien sudah sakit dan lemah sampai 3 hari post partum, suhu meningkat dengan cepat, disertai menggigil suhu sekitar 390 – 400 C, keadaan umum cepat memburuk, nadi sekitar 140 – 160 X /I atau lebih, Pasien dapat meninggal dalam 6 – 7 hari pasca persalinan
- Piemia : Tidak lama post partum pasien sudah merasa sakit, perut nyeri, suhu tinggi, menggigil setelah kuman dengan emboli memasuki peredaran darah umum. Ciri khas : Berulang – ulang suhu meningkat disertai menggigil, diikuti oleh turunnya suhu lambat laun akan timbul gejala abses paru, pneumonia dan pleuritis
Peritonitis
- Peritonitis umum : Suhu badan tinggi, nadi cepat dan kecil, perut nyeri tekan (defence muskulare), pucat, mata cekung yang disebut dengan muka hipokrates (facies hipocratica), kulit dingin
- Peritonitis yang terdapat dipelvis : Pasien demam, nyeri perut bawah, nyeri periksa dalam kavum douglasi menonjol karena adanya abses
Selvitis pelvika (parametrisis)
- Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri dikiri / di kanan dan nyeri pada periksa dalam. Pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri disebelah uterus. Ditengah jaringan yang mengandung bisa timbul abses. Dalam keadaan ini suhu yang mula – mula tinggi menetap menjadi naik turun disertai menggigil.

D. Pemeriksaan Penunjang
1. Sel darah putih : Normal / tinggi dengan pergeseran difrensiasi ke kiri
2. LED dan SDM : Sangat meningkat
3. HB / HT : Penurunan karena adanya anemia
4. Kultur dari bahan intra uterus / intra servikal / drainase luka / pewarnaan gram dari lochea servik dan uterus : mengidentifikasi organisme penyebab
5. Urinalisis dan kultur : mengesampingkan infeksi saluran kemih
6. Ultra sonografi : Menentukan adanya fragmen – fragmen plasenta yang tertahan, melokalisasi abses peritoneum
7. Pemeriksaan biomanual : Menentukan sifat dan lokasi nyeri pelvis, masa / pembekuan abses, atau adanya vena – vena dengan trombosis

E. Manajemen Teraupetik
1. Pencegahan
Selama kehamilan
Harus diperhatikan keadaan gizi dan koitus pada hamil tua sebaiknya dilarang karena dapat mengakibatkan pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi
Selama persalinan
- Hindari pemeriksaan dalam berulang – ulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilisasi yang baik
- Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama
- Jagalah sterilisasi kamar bersalin dan pakai masker, alat – alat harus suci hama
- Perlukaan jalan lahir karena tindakan pervaginam maupun perabdominan dibersihkan, dijahit sebaik – baiknya supaya terjaga sterilisasi
Selama masa nifas
- Luka dirawat dengan baik jangan sampai terkena infeksi, begitu pula alat – alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus steril
- Penderita dengan infeksi nifas sebaliknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu sehat
- Tamu yang berkunjung harus dibatasi
2. Pengobatan
Sebaiknya segera dilakukan pembiakan (kultur) dari sekret vagina, luka operasi dan darah serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang sesuai dalam pengobatan
Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat
Karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu, maka berikan antibiotika spectrum luas menunggu hasil laboratorium
Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus / transfusi darah
Perhatikan diet : TKTP
Lakukan transfusi darah
Pengobatan kemoterapi dan antibiotika
- Kemasan sulfanamid
Dosis inisial 2 gram diikuti 1 gram 4 – 6 jam kemudian peroral, sediaan dapat berupa tablet biasa / force, bactrim
- Kemasan penisilin
- Tetrasiklin, Eritromisin dan Klorampenikol
- Jangan diberikan politerapi antibiotika yang sangat berlebihan
- Tidak ada gunanya memberikan obat – obatan yang mahal

F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Dahulu
Kemungkinan klien pernah menderita infeksi tenggorokan
Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien mengeluh badan lemah, demam, nadi cepat, nafas sesak, badan menggigil, gelisah, nyeri pada daerah luka operasi
Riwayat Kesehatan Keluarga
Kemungkinan salah satu anggota keluarga ada yang menderita infeksi tenggorokan
c. Pemeriksaan Fisik
Aktivitas / istirahat
Biasanya klien mengeluh malaise, letargi, kelelahan / keletihan yang terus menerus (persalinan lama, stressor pasca partum multiple)
Sirkulasi
Biasanya tachikardi dari berat sampai bervariasi

Eliminasi
Biasanya BAB klien diare / konstipasi
Makanan / Cairan
Biasanya anoreksia, mual / muntah, haus, membran mukosa kering, distensi abdomen, kekakuan, nyeri lepas
Neurosensori
Biasanya klien mengeluh sakit kepala
Pernafasan
Biasanya pernafasan cepat / dangkal
Nyeri / Ketidaknyamanan
Biasanya nyeri abdomen bawah / uteri, nyeri tekan / nyeri local, disuria, ketidaknyamanan abdomen, sakit kepala
Integritas Ego
Biasanya klien ansietas, gelisah
Keamanan
Biasanya terjadi peningkatan suhu tubuh yang merupakan tanda infeksi dan dapat pula terjadi menggigil berat atau berulang
Seksualitas
Biasanya pecah ketuban dini / lama, persalinan lama, subinvolusi uterus mungkin ada, lochea bau busuk dan banyak / berlebihan, tepi insisi kemerahan, edema, keras, nyeri tekan / memisah dengan drainase purulen

d. Kebiasaan Sehari – hari
Kebiasaan perorangan
Biasanya kebersihan perorangan tidak terjaga sehingga kuman – kuman mudah masuk / pathogen ada dalam tubuh
Makan / Minum
Biasanya klien mengeluh anoreksia, mual / muntah, sering merasa haus
Tidur
Biasanya tidur klien mengalami gangguan karena suhu badan meningkat dan badan menggigil
e. Data Sosial Ekonomi
Biasanya penyakit ini banyak ditemukan pada ekonomi rendah dengan stressor bersamaan
f. Data Psikologis
Biasanya klien dengan penyakit ini gelisah karena terjadinya peningkatan suhu tubuh dan nyeri tekan pada abdomen

2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b / d respon tubuh pada agen tidak efektif (Marilynn E. Doenges,1999 : 514)
b. Resiko tinggi penyebaran infeksi b /d infeksi kerusakan kulit (Marilynn E. Doenges,1999 : 510)
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b / d intake yang tidak adekuat(Marilynn E. Doenges,1999 : 513)
d. Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua b / d ancaman yang dirasakan pada kehidupan sendiri(Marilynn E. Doenges,1999 : 515)

3. Intervensi
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b / d respon tubuh pada agen tidak efektif
Tujuan : Rasa nyaman nyeri dapat teratasi
Kriteria : - TTV dalam batas normal
- Wajah klien tampak rileks / tidak meringis
Intervensi :
1. Kaji lokasi dan sifat ketidaknyamanan / nyeri
Ras : Membantu dalam diagnosa banding keterlibatan jaringan pada proses infeksi
2. Berikan instruksi mengenal, membantu, mempertahankan kebersihan dan kehangatan
Ras : Meningkatkan kesejahteraan umum dan pemulihan, menghilangkan ketidaknyamanan berkenaan dengan menggigil
3. Instruksikan klien dalam melakukan teknik relaksasi, memberikan aktivitas pengalihan seperti : radio, televisi, membaca
Ras : Memfokuskan kembali perhatian klien, meningkatkan prilaku positif dengan ketidaknyamanan
4. Anjurkan kesinambungan menyusui saat kondisi klien memungkinkan karenanya anjurkan dan berikan instruksi dalam penggunaan pompa payudara listrik / manual
Ras : Mencegah ketidaknyamanan dari pembesaran payudara, meningkatkan keadekuatan suplai ASI pada klien menyusui
5. Kolaborasi :
a. Berikan analgetik / antipiretik
Ras : Menurunkan ketidaknyamanan dari infeksi
b. Berikan kompres panas local dengan menggunakan lampu pemanas / rendam duduk sesuai indikasi
Ras : Kompres panas meningkatkan vasodilatasi dan kenyamanan local

b. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi b / d infeksi kerusakan kulit
Tujuan : Penyebaran infeksi tidak terjadi
Kriteria : - Mencapai pemulihan tepat waktu
- Bebas dari komplikasi tambahan
Intervensi :
1. Tinjau ulang catatan prenatal, intra partum dan pasca partum
Rasional : Mengidentifikasi factor-faktor yang menempatkan klien pada kategori resti terhadap terjadinya penyebaran infeksi pasca partum
2. Pertahankan kebijakan mencuci tangan dengan ketat untuk staf, klien dan pengunjung
Ras : Membantu mencegah kontaminasi silang
3. Anjurkan/ demonstrasikan pembersihan perineum yang benar setelah berkemih, defekasi dan sering ganti balutan
Ras : pembersihan melepaskan kontaminasi urinarius/ fekal
4. Demonstrasikan masase fundus yang tepat
Ras : Meningkatkan kontraktilitas uterus dan involusi
5. monitor TTV
Ras : Peningkatan TTV menyertai infeksi, fluktuasi
6. Observasi tanda infeksi lain
Ras : Memungkinkan identifikasi awal dan tindakan, meningkatkan resolusi infeksi
7. Anjurkan posisi semi powler
Ras : Meningkatkan aliran lochea dan drainase uterus
8. Anjurkan ibu menyusui secara periodic memeriksa mulut bayi terhadap adanya bercak putih
Ras : Sariawan oral pada bayi baru lahir adalah efek samping umum dari terapi antibiotic
9. Kolaborasi :
- Pantau pemeriksaan laboratorium
- Anjurkan penggunaan pemanasan yang lembab

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b / d intake yang tidak adekuat
Tujuan : Kebutuhan nutrisi tubuh dapat terpenuhi
Kriteria : - Hb/ Ht dalam batas normal
- Penurunan berat badan
Intervensi :
1. Anjurkan pilihan makanan tinggi protein, zat besi dan vitamin C bila masukan oral dibatasi
Ras : Protein membantu meningkatkan pemulihan dan regenerasi jaringan baru. Zat besi untuk sintesis Hb, vitamin.C memudahkan absorbsi zat besi dan untuk sintesis dinding sel
2. Tingkatkan masukan sedikitnya 2000 ml/ hari jus, sup dan cairan nutrisi
Ras : Memberikan kalori dan nutrien untuk memenuhi kebutuhan metabolic, mengganti kehilangan cairan
3. Anjurkan tidur/ istirahat adekuat
Ras : Menurunkan laju metabolisme, memungkinkan nutrient dan O2 untuk digunakan dalam proses pemulihan

4. Kolaborasi
- Berikan cairan/ nutrisi parenteral
Ras : Untuk mengatasi dehidrasi, mengganti kehilangan cairan

4. Implementasi
Setelah rencana tindakan keperawatan disusun secara sistemik. Selanjutnya rencana tindakan tersebut diterapkan dalam bentuk kegiatan yang nyata dan terpadu guna memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang diharapkan

5. Evaluasi
Akhir dari proses keperawatan adalah ketentuan hasil yang diharapkan terhadap perilaku dan sejauh mana masalah klien dapat teratasi. Disamping itu perawat juga melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika tujuan ditetapkan belum berhasil/ teratasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar