Askep DM ....
A. A. Pengertian Pengertian
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen kenaikan glukosa Kadar Yang Dibuat KESAWAN ditandai hiperglikemia Darah atau. (Brunner dan Suddarth, 2002). (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002). Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala Yang Timbul seseorang KARENA PADA disebabkan adanya peningkatan Yang Dibuat Kadar gula (glukosa) Darah akibat kekurangan insulin Baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
B. B. Klasifikasi Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut : Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut:
- Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM) Tipe I: Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
- Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM) Tipe II: Diabetes mellitus regular tidak tergantung insulin (NIDDM)
- Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya Diabetes mellitus berhubungan Artikel Baru Yang Lainnya keadaan atau Sindrom
- Diabetes mellitus gestasional (GDM) Diabetes mellitus UK (GDM)
C. C. Etiologi Etiologi
- Diabetes tipe I: Diabetes tipe I:
a. a. Faktor genetik Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya Penderita diabetes regular tidak mewarisi diabetes tipe I ITU Sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke Arah terjadinya DM DM tipe tipe I. I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA. Kecenderungan genetik ditemukan Suami PADA individu Yang memiliki tipe antigen HLA.
b. b. Faktor-faktor imunologi Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Adanya respons otoimun Yang merupakan respon abnormal Dimana antibodi terarah PADA Artikel Baru Jaringan tubuh normal cara bereaksi terhadap Jaringan tersebut Yang Mata dianggapnya sebagai Jaringan seolah-Olah. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel Pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. c. Faktor lingkungan Faktor Lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta. Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun Yang menimbulkan destruksi selbeta.
- Diabetes Tipe II Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Mekanisme tepat Yang Yang menyebabkan insulin dan gangguan sekresi insulin resistensi PADA diabetes tipe II Belum diketahui Masih. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Faktor genetik memegang KESAWAN MENJAGA LOYALITAS proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko : Faktor-faktor Resiko:
a. a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat di tetap Permanent PADA Usia 65 th)
b. b. Obesitas Obesitas
c. c. Riwayat keluarga Riwayat Keluarga
D. D. Patofisiologi/Pathways Patofisiologi / Persiapan masuk
Defisiensi Insulin Defisiensi Insulin
glukagon↑ glukagon ↑ penurunan pemakaian penurunan pemakaian
glukosa oleh sel Oleh glukosa sel
glukoneogenesis glukoneogenesis hiperglikemia hiperglikemia
lemak Lemak protein protein glycosuria glycosuria
ketogenesis ketogenesis BUN↑ BUN ↑ Osmotic Diuresis Osmotik diuresis
|
ketonemia ketonemia Nitrogen urine ↑ Nitrogen urine ↑ Dehidrasi Dehidrasi
|
|
|
Aterosklerosis Aterosklerosis
|
|
E. E. Tanda dan Gejala Tanda dan Gejala
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada. Keluhan Umum Pembongkaran Pasien DM Poliuria, polidipsia, polifagia ADA PADA umumnya regular tidak DM. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Sebaliknya Yang Sering mengganggu Pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik PADA Darah Saraf dan pembuluh. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. PADA DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga Gambaran klinisnya bervariasi Dari KASUS Tanpa gejala komplikasi Sampai KASUS Artikel Baru Yang Luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim. Keluhan Yang Sering Katarak adalah adanya gangguan penglihatan KARENA muncul, rasa kesemutan PADA tungkai Serta kelemahan muscle (neuropati perifer) dan luka sukar sembuh PADA tungkai Artikel Baru Yang lazim pengobatan.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah : Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM PADA Lanjut Usia Yang Sering ditemukan adalah:
1. 1. Katarak Katarak
2. 2. Glaukoma Glaukoma
3. 3. Retinopati Retinopati
4. 4. Gatal seluruh badan Gatal seluruh badan
5. 5. Pruritus Vulvae Pruritus vulvae
6. 6. Infeksi bakteri kulit Infeksi bakteri kulit
7. 7. Infeksi jamur di kulit Infeksi jamur di kulit
8. 8. Dermatopati Dermatopati
9. 9. Neuropati perifer Neuropati perifer
10. 10. Neuropati viseral Neuropati viseral
11. 11. Amiotropi Amiotropi
12. 12. Ulkus Neurotropik Ulkus Neurotropik
13. 13. Penyakit ginjal Penyakit ginjal
14. 14. Penyakit pembuluh darah perifer Penyakit pembuluh Darah perifer
15. 15. Penyakit koroner Penyakit Koroner
16. 16. Penyakit pembuluh darah otak Penyakit pembuluh Darah Otak
17. 17. Hipertensi Hipertensi
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal Tinggi Yang, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan Tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. PADA Perasaan haus Pasien DM lansia Kurang dirasakan, akibatnya mereka regular tidak bereaksi adekuat terhadap Dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut. KARENA ITU regular tidak terjadi polidipsia atau Baru terjadi PADA stadion Lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Penyakit Yang mula-mula Ringan dan sedang Saja Yang Biasa terdapat PADA Pasien Usia Lanjut dapat berubah DM TIBA-TIBA, apabila Pasien mengalami infeksi Akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Defisiensi insulin Yang tadinya pajaknya relatif sekarang menjadi absolut dan Timbul keadaan ketoasidosis Artikel Baru Khas gejala hiperventilasi dan Dehidrasi, menurun hiperglikemia Artikel Baru kesadaran, ketonemia dan Dehidrasi. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Gejala Yang Biasa terjadi hipoglikemia PADA Pembongkaran rasa lapar, menguap dan berkeringat BANYAK umumnya regular tidak ADA PADA Lanjut Usia DM. Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak. Biasanya Tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. PADA Usia Lanjut Reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas. Sedangkan gejala kebingungan dan Koma Yang jelas merupakan gangguan metabolisme serebral Tampak lebih.
F. F. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang
- Glukosa darah sewaktu Glukosa Darah sewaktu
- Kadar glukosa darah puasa Kadar glukosa puasa Darah
- Tes toleransi glukosa Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl) Kadar Darah sewaktu dan puasa sebagai patokan Penyaring diagnosis DM (mg / dl)
Bukan DM Bukan DM | Belum pasti DM Belum iuran pasti DM | DM DM | |
Kadar glukosa darah sewaktu Kadar glukosa Darah sewaktu - - Plasma vena Plasma vena - - Darah kapiler Darah kapiler Kadar glukosa darah puasa Kadar glukosa puasa Darah - - Plasma vena Plasma vena - - Darah kapiler Darah kapiler | < 100 <100 <80 <80 <110 <110 <90 <90 | 100-200 100-200 80-200 80-200 110-120 110-120 90-110 90-110 | >200 > 200 >200 > 200 >126 > 126 >110 > 110 |
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan : Kriteria Diagnostik WHO untuk diabetes mellitus PADA sedikitnya 2 kali pemeriksaan:
1. 1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L) Glukosa plasma sewaktu> 200 mg / dl (11,1 mmol / L)
2. 2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L) Glukosa plasma puasa> 140 mg / dl (7,8 mmol / L)
3. 3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl Glukosa plasma Dari Yang diambil sampel karbohidrat 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr (2 jam post prandial (pp)> 200 mg / dl
G. G. Penatalaksanaan Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Composition Komposisi Utama Terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan glukosa Kadar KESAWAN Darah Upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler Serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal. Composition Komposisi terapeutik PADA terkait masih berlangsung tipe diabetes adalah mencapai Kadar normal glukosa Darah.
1. 1. Diet Diet
2. 2. Latihan Latihan
3. 3. Pemantauan Pemantauan
4. 4. Terapi (jika diperlukan) Terapi (jika diperlukan)
5. 5. Pendidikan Pendidikan
H. H. Pengkajian Pengkajian
§ § Riwayat Kesehatan Keluarga Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ? Adakah Keluarga Yang menderita penyakit Klien Pembongkaran?
§ § Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya. Berapa lama Klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat insulin APA jenis dan Terapi, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau regular tidak, APA Saja Yang dilakukan Klien untuk menanggulangi penyakitnya.
§ § Aktivitas/ Istirahat : Aktivitas / Istirahat:
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun. Letih, Lemah, Sulit Bergerak / Berjalan, muscle Kram, menurun muscle tonus.
§ § Sirkulasi Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah Adakah Riwayat hipertensi, AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan PADA ekstremitas, ulkus PADA kesemek Darah tekanan penyembuhannya lama yang, takikardi, perubahan
§ § Integritas Ego Integritas Ego
Stress, ansietas Stress, ansietas
§ § Eliminasi Automotive
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare Perubahan POLA berkemih (Poliuria, nokturia, anuria), diare
§ § Makanan / Cairan Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik. Anoreksia, mual muntah, regular tidak mengikuti diet, penurunan badan vehicles, haus, penggunaan diuretik.
§ § Neurosensori Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan. Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan muscle PADA, parestesia, gangguan penglihatan.
§ § Nyeri / Kenyamanan Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat) Perut tegang, Nyeri (sedang / Berat)
§ § Pernapasan Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak) Batuk Artikel Baru / Tanpa dahak purulen (tergangung adanya infeksi / regular tidak)
§ § Keamanan Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit. Kulit Kering, gatal, ulkus kulit.
I. I. Masalah Keperawatan Masalah Keperawatan
- Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan Resiko Tinggi gangguan nutrisi: Kurang Dari kebutuhan
- Kekurangan volume cairan Kekurangan volume cairan
- Gangguan integritas kulit Gangguan Integritas kulit
- Resiko terjadi injury Resiko terjadi cedera
J. J. Intervensi Intervensi
- Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak. Resiko Tinggi gangguan nutrisi: Kurang Dari kebutuhan berhubungan Artikel Baru penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, Lemak.
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi Composition Komposisi: kebutuhan nutrisi terpenuhi Pasien
Kriteria Hasil : Kriteria Hasil:
§ § Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat Pasien dapat mencerna kalori atau nutrien Aset Yang tepat
§ § Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya Berat badan stabil atau Pengurangan ke Arah Rentang biasanya
Intervensi : Intervensi:
§ § Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi. Timbang Berat badan terkait masih berlangsung hari atau sesuai indikasi Artikel Baru.
§ § Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien. Tentukan program diet dan makan POLA Pasien dan bandingkan food Artikel Baru Yang Pasien dapat dihabiskan.
§ § Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi. Auskultasi bising usus, catat adanya Nyeri perut / kembung Perut, mual, muntahan food Yang Belum sempat dicerna, Pertahankan keadaan puasa sesuai indikasi Artikel Baru.
§ § Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral. Berikan Yang CAIR food food mengandung zat (nutrien) dan dijumpainya Artikel Baru Segera jika Pasien mentoleransinya Sudah dapat Canada oral.
§ § Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi. Libatkan Keluarga Pasien PADA pencernaan makan Suami sesuai indikasi Artikel Baru.
§ § Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala. Observasi tanda-tanda hipoglikemia Pembongkaran perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab / Dingin, denyut nadi Cepat, lapar, Rangsang PEKA, cemas, sakit kepala.
§ § Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah. Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula Darah.
§ § Kolaborasi pemberian pengobatan insulin. Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.
§ § Kolaborasi dengan ahli diet. Artikel Baru Kolaborasi Ahli diet.
- Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik. Kekurangan volume cairan berhubungan Artikel Baru diuresis osmotik.
Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi Composition Komposisi: kebutuhan cairan atau hidrasi Pasien terpenuhi
Kriteria Hasil : Kriteria Hasil:
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal. Pasien menunjukkan hidrasi adekuat dibuktikan Yang Dibuat tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler Baik, haluaran urin tepat Secara individu dan Batas Kadar Elektrolit KESAWAN normal.
Intervensi : Intervensi:
§ § Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik
§ § Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul Pantau POLA Nafas Pembongkaran adanya pernafasan kusmaul
§ § Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas Kaji Frekuensi dan KUALITAS pernafasan, Nafas muscle bantu penggunaan
§ § Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
§ § Pantau masukan dan pengeluaran Pantau masukan dan Pengeluaran
§ § Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung Pertahankan untuk memberikan cairan pagar sedikit 2500 ml / Batas KESAWAN hari Yang dapat ditoleransi Jantung
§ § Catat hal-hal Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung. Pembongkaran mual, muntah dan distensi lambung.
§ § Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak teratur Observasi adanya kelelahan Yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi regular tidak teratur
§ § Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K) Kolaborasi: berikan cairan Terapi Artikel Baru Salin normal atau dekstose Tanpa, pemeriksaan laboratorium Pantau (Ht, BUN, Na, K)
- Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer). Gangguan Integritas kulit berhubungan Artikel Baru perubahan status metabolik (neuropati perifer).
Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan Composition Komposisi: Integritas gangguan kulit dapat berkurang atau menunjukkan penyembuhan. penyembuhan.
Kriteria Hasil : Kriteria Hasil:
Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan Jaringan dan regular tidak terinfeksi
Intervensi : Intervensi:
§ § Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi ganti balut. Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, Frekuensi ganti Balut.
§ § Kaji tanda vital Kaji tanda vital
§ § Kaji adanya nyeri Kaji adanya Nyeri
§ § Lakukan perawatan luka Lakukan perawatan luka
§ § Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi. Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.
§ § Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
- Resiko terjadi injury berhubungan dengan Resiko terjadi cedera berhubungan Artikel Baru penurunan fungsi penglihatan penurunan fungsi penglihatan
Tujuan : pasien tidak mengalami injury Composition Komposisi: regular tidak mengalami cedera Pasien
Kriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injury Kriteria Hasil: Pasien dapat memenuhi kebutuhannya Tanpa mengalami cedera
Intervensi : Intervensi:
§ § Hindarkan lantai yang licin. Hindarkan Lantai Yang Sampit.
§ § Gunakan bed yang rendah. Gunakan tempat tidur Yang rendah.
§ § Orientasikan klien dengan ruangan. Artikel Baru Orientasikan ruangan Klien.
§ § Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari Bantu melakukan aktivitas sehari KESAWAN Klien-hari
§ § Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi Bantu Pasien KESAWAN Posisi ambulasi atau perubahan
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA
Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani, Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi Sarana Rahardja makmur bahasa Aniek Maryunani, Jakarta Jakarta :EGC, 1997. : EGC, 1997.
Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999. Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 bahasa Sarana Rahardja makmur I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta: EGC, 1999.
Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih, Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 bahasa Sarana Rahardja makmur YasminAsih, Jakarta Jakarta : EGC, 1997. : EGC, 1997.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa HY Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002. Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 Sarana Rahardja makmur bahasa HY Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta: EGC, 2002.
Ikram, Ainal, Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi ketiga , Buku Ajar Ilmu Penyakit KESAWAN: Diabetes Mellitus PADA Usia Lanjut Jilid I Edisi SIBOR, Jakarta Jakarta : FKUI, 1996. : FKUI, 1996.
Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu .Cet 2. Arjatmo Tjokronegoro.. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu Cet 2. Jakarta Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2002 : Balai Penerbit FKUI, 2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar